Tragedi G30S PKI meninggalkan luka mendalam bagi bangsa, merenggut banyak nyawa, dan memicu pertumpahan darah di berbagai daerah. Peristiwa ini juga menandai awal mula Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun dan diwarnai pelanggaran HAM.
peran sosiologi komunikasi dalam peristiwa G-30S/PKI :
1. Komunikasi dan Propaganda:
G30S PKI memanfaatkan berbagai strategi komunikasi untuk memanipulasi opini publik dan mendapatkan dukungan, seperti propaganda, desas-desus, dan simbolisme.
Sosiologi komunikasi membantu kita memahami bagaimana komunikasi ini digunakan untuk mencapai tujuan politik dan bagaimana masyarakat meresponnya.
2. Media dan Konstruksi Realitas:
Media massa memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik tentang G30S PKI.
Sosiologi komunikasi membantu kita memahami bagaimana media memproduksi dan menyebarkan makna tentang peristiwa ini, serta bagaimana makna tersebut diterima dan diinterpretasikan oleh audiens.
3. Jaringan Sosial dan Mobilisasi Massa:
G30S PKI memanfaatkan jaringan komunis yang sudah ada untuk melancarkan aksinya, sedangkan Soeharto berhasil menggalang dukungan dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk militer dan organisasi Islam, untuk melawan G30S PKI.
Sosiologi komunikasi membantu kita memahami bagaimana jaringan sosial terbentuk, dipelihara, dan digunakan untuk mencapai tujuan politik dalam konteks G30S PKI.
4. Ketimpangan Kekuasaan dan Ideologi:
Peristiwa G30S PKI mencerminkan ketimpangan kekuasaan dan ideologi yang ada di masyarakat Indonesia saat itu.
Sosiologi komunikasi membantu kita memahami bagaimana ketimpangan kekuasaan dan ideologi memengaruhi proses komunikasi dan interaksi sosial dalam konteks peristiwa ini.
5. Trauma dan Rekonsiliasi:
Peristiwa G30S PKI meninggalkan trauma mendalam bagi banyak orang di Indonesia.
Sosiologi komunikasi membantu kita memahami bagaimana trauma kolektif ini dapat diproses dan diatasi melalui komunikasi dan dialog antar kelompok masyarakat.