Sejarah menulis, Indonesia pernah mengalami pagebluk gizi pada penjajahan jepang hingga tahun 60-an. Entah benar atau tidak, embah saya pernah cerita demikian. Kalau melihat oma, opa, pakde, budhe, bapak, yang pernah mengalami pagebluk itu tidak semenakutkan yang saya bayangkan. Sosok kurang gizi, cebol, idiot, penyakiten, dan stunting. Semua baik-baik saja sampai dewasa.
Jika membandingkan dulu dan sekarang, sepertinya saat ini dramanya lebih ngeri apalagi kejadian gizi buruk, stunting, tengkes, cebol. Untuk menjangkau dan mendapatkan makanan bergizi cukup mudah, cuma lidahnya berbeda.
Anak sekarang, kalau tidak enak enggan makan. Merekate terbiasa terpapar yang gurih, asin, dan manis. Rasa tawar, getir, pahit, asam, dan kecut dihindari. Belum lagi dengan aroma yang kurang sedap atau lumrah, dijamin lebih tidak disukai. Sisi lain sumber makanan bergizi ya demikian.
Kembali ke MBG, saya tutup mata soal menu. Tetapi kapan disiapkan dan kapan dikonsumsinya? Jika melihat jam biologis atau jam sirkadian, makan makan atau sarapan yang terbaik atau optimal adalah jam 8 pagi sampai 9.45, ya jam 10. Tubuh lagi kenceng metabolismenya, termasuk menyerap gizi makanan.
Memang tubuh bukan mesin yang bodoh, asal ada yang masuk akan diproses dan diserap, tetapi apakah optimal? Otak bodoh saya, mungkin MBG diberikan saat makan siang, kalau sarapan sudah pasti di rumah. Jam 11 atau 12, saat tubuh lelah-lelahnya perlu istirahat, dijejali makanan. Ngantuk hasilnya, karena tubuh memprioritaskan metabolisme, dengan mengistirahatkan dirinya-ngantuk. Andaikata MBG disertai jam tidur siang, saya kasih jempol. Di negera maju, anak sekolah ada jam tidurnya dan harus tidur, terutama anak SD.
Program yang luar biasa dan saya suka, tetapi harus diperhatikan fisiologi anak. Status gizinya apakah kurang gizi, gizi seimbang, atau gizi berlebih, tidak disamakan. Anak perlu dianalisan indek masa tubuh (BMI), atau detail dari Basal Metabolik Rate-nta agar diketahui kebutuhan kalori per anak. Di sekolahan harus ada ahli gizi dan perawat yang akan mengukur, menghitung, menganalisa, serta mengevaluasi tumbuh kembang anak, jika perlu tambahkan psikiater anak. Ya memang demikian, jangan tanggung-tanggung cuma kasih makan saja, sedangkan sisi lain tidak diperhatikan.