Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Salah Tulis Berakibat Fatal

10 Juni 2011   14:26 Diperbarui: 4 April 2017   16:28 9199 0
[caption id="attachment_115629" align="alignleft" width="130" caption="Images by Google"][/caption] Tidak seperti kebanyakan orang yang menerima ijazah dengan tenang dan bangga atas perolehan selembar kertas terakreditasi, guna menentukan strata dan identitas untuk menuju ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

Hal inilah yang menimpa saya ketika duduk di bangku SMA usai menempuh ujian nasional tahun 2003. Ketika itu yang terjadi adalah pihak sekolah tidak menyadari kelalaiannya dengan menulis tanggal lahir dan bulan diatas selembar kertas.

Hingga akhirnya, ketika mendaftar ke perguruan tinggi, ijazah SMA saya diragukan. Mengingat ada perbedaan yang mencolok pada tanggal lahir dan penulisan nama yang kurang hurufnya. Lalu pihak universitas menyarankan kepada saya untuk mengecek kembali kepada pihak sekolah. Agar data yang dimiliki kampus tidak salah dikemudian hari.

Tanpa protes dan lobi-lobian kepada pihak kampus, saya mendatangi sekolah dimana tempat saya belajar dulu. Namun apa yang diterima oleh saya bukanlah sebuah kabar baik mengenai revisi penulisan di ijazah, melainkan disuruh mengurus sendiri kepihak Dinas Pendidikan pusat, yang pada saat itu berada di Bandung, mengingat saya sekolah di Bekasi yang masih masuk kedalam rayon Provinsi Jawa Barat.

Tidak hanya itu saja, saya malah disalahkan karena foto kopi akte kelahiran yang tidak jelas, ironisnya pihak sekolah tidak bisa menunjukan berkas kesalahan tersebut ketika saya meminta untuk menunjukannya. Bahkan tidak mau bertanggung jawab atas kelalaiannya tersebut.

Singkat cerita, tanpa dibekali selembar surat apa pun dari pihak sekolah, saya mendatangi Dinas Pendidikan yang berada di Kota Kembang dan letaknya puluhan kilometer dari rumah saya. Lalu apa yang saya terima, mereka malah meminta pihak sekolah yang seharusnya bertanggung jawab dan merevisi ulang kesalahannya, Pihak Dinas Pendidikan hanya melegalkan ijazah tersebut, segala bentuk administrasi atau berkasnya wewenang sekolah.

Dari penjelasan yang saya terima, terjadi kesimpang siuran hingga membuat bingung, dengan hati kesal saya berucap pada seorang teman yang menemani waktu itu “Gara-gara salah tanggal sama kurang huruf di nama, takutnya pas gue meninggal orang jadi pada salah kirim doa ke makam gue”

Karena tidak ada penyelesaian dan tanggung jawab yang pasti, penulisan nama dan tanggal lahir di ijazah sarjana jadi ikut berubah. Yang seharusnya Dharma Wijayanto menjadi Darma Wiyanto, sedangkan tanggal lahir yang seharusnya 26 Juni 1985 menjadi 20 Juli 1985.

Akibat kejadian ini, semua penulisan nama saya berubah ketika menerima ijazah S1. Bahkan ketika bekerja di sebuah perusahaan, semuanya ikut berubah. Mulai dari nama di absen kantor hingga rekening bank yang dibuat oleh perusahaan untuk mentransfer gaji karyawannya. Dalam hati sebetulnya kesal, namun mau dibilang apalagi, asal jangan kejadian ini terulang kembali saat saya menikah nanti, bisa-bisa anak saya manggil nama bapaknya jadi ikutan beda.

Atas kejadian ini, saya merasa berdosa kepada kedua orang tua yang melahirkan, tentunya karena mereka memikirkan nama dan memberikannya keanaknya melalui proses yang sangat panjang. Selama Sembilan bulan dikandungan, ibu saya berfikir keras untuk merangkai huruf demi huruf. Sedangkan ayah harus bercucuran keringat melawan terik matahari guna mencari tinta untuk menuliskan huruf yang sudah dirangkai.

Sungguh ironis dan tragis namun sadis, jika ada pihak yang dengan seenaknya merubah dan engan bertanggung jawab. Karena nama adalah sebuah doa dan tanggal lahir adalah sebuah peristiwa penting bagi sesorang bahkan kebanyakan orang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun