Ketika masa lalu belum cukup umur, diri menobatkan suka duka sebagai penenung. Sihirnya jernih, mengingatkan pada nostalgia penderitaan. Tetapi, tatkala dia cukup dewasa dan bersiap naik tahta, peramal masa depan meramal bahwa yang menyelamatkan suka duka dari kiamat adalah kebohongan masa lalu. Inilah hal yang paling tidak pernah dipahami.
KEMBALI KE ARTIKEL