lihat, apiku telah padam
digerus siang, dilipat malam
di rumah-gedung beratap bocor
kuberlindung dengan mendengkur
air matamu mulai menggenang
banjiri hati tak mampu kuhalau
lalu kau lubangi tembok jiwa ini
untuk sesuatu yang kau bilang nisbi
percayalah, kawan
hari yang lalu adalah abadi
esok adalah entah
waktu tlah memilih: