Masih terekam secara jelas di memori ini ketika masih duduk di bangku kuliah untuk mendapatkan buku referensi berbahasa Inggris dengan murah adalah dengan cara meminjam dari senior atau perpustakaan. Untuk meminjam dari senior, kita harus gesit dan bergerak cepat karena telat sedikit maka buku yang kita inginkan sudah dipinm orang lain. Sesangkan untuk meminjam di perpustakaan kampus, buku yang tersedia pun terbatas jumlahnya sehingga seringkali harus berebut dengan teman dan itupun harus dikembalikan keesokan paginya tepat jam delapan pagi atau terkena denda.
Pengalaman "pahit" masa kuliah inilah yang sampai saat ini sering membuat penulis "kalap" ketika melihat ada buku berkualitas dengan harga murah. Seperti pengalaman travelling ke India beberapa waktu lalu. Sebenarnya hampir setiap kali pergi dinas ke negara lain, salah satu tempat favorit penulis adalah toko buku di bandar udara. Ketika berada di Mumbai international airport saya pun segera mencari toko buku sembari menunggu waktu boarding. Toko buku kecil dekat dengan ruang tunggu akhirnya berhasil ditemukan. Bak singa lapar segera saya merangsek menuju rak buku dan "mengacak acak" koleksi buku disana.
Ternyata di toko buku tersebut banyak sekali koleksi buku berbahasa Inggris yang penulisnya merupakan warga keturunan India. Setelah secara sekilas membaca isi buku saya pun melihat harga yang ditawarkan pada bagian belakang buku. Alangkah terkejutnya diri ini ketika mengetahui harga buku yang ditawarkan sangat murah. Bayangkan rata-rata harga buku disana hanya sekitar dua ratus rupee atau sekitar empat puluh ribu rupiah.
Melihat harga buku seperti itu saya semakin kalap dan akhirnya dua buku segera di borong. Satu buku adalah hasil karya Robin Sharma berjudul "The Monk who sold his Ferari", buku ini hanya dibanderol harga 195 rupee atau kurang dari empat puluh ribu rupiah. Buku kedua adalah bertajuk "Men In Steel", buku yang menceritakan kisah sukses para taipan asal India seperti ratan tata. Harga buku ini hanya 95 rupee atau hanya dua puluh ribu rupiah!. Sebenarnya saya ingin membeli buku lain tetapi karena uang rupee dikantong tersisa hanya lima ratus rupee maka hanya dua buku yang berhasil diboyong ke Shanghai
Dari pengalaman ini penulis memahami mengapa orang India banyak sekali yang sukses nenjadi CEO atau eksekutif di perusahaan multinasional terkenal seantero pelanet bumi. Dengan harga buku yang terjangkau tentu saja mereka dengan mudah memperoleh tambahan ilmu. Seharusnya pemerintah Indonesia belajar dari India sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh buku dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas individu bangsa Indonesia
nb: maksud hati upload gambar tapi kompasiana sepertinya belum sehat benar
Salam hangat dari Shanghai!