Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Masa Depan Keluarga Kekaisaran Jepang

4 Februari 2015   14:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:51 7758 0
TAHUN 2014 lalu, keluarga Kekaisaran Jepang kehilangan 2 anggotanya. Pangeran Katsura, anak ketiga Pangeran Mikasa, meninggal pada bulan Juni lalu karena serangan jantung. Kematian Pangeran Katsura sekaligus mengakhiri cabang keluarga kekaisaran Katsura, mengingat beliau tidak pernah menikah dan memiliki anak yang dapat meneruskan kelangsungan cabang keluarganya. Empat bulan kemudian yaitu pada bulan Oktober, Putri Noriko, putri kedua mendiang Pangeran Takamado, menikah dengan Kunimaro Senge, pria biasa yang berprofesi sebagai pendeta di Kuil Besar Izumo Taisha di Prefektur Shimane. Sudah pasti, sesuai dengan adat dan undang-undang, putri kerajaan yang menikah dengan pria dari kalangan biasa harus keluar dari istana dan kehilangan gelar kebangsawannya.

Untuk mengisi kekosongan anggota kekaisaran yang melayani publik Jepang dan Internasional, Putri Kako dipilih sebagai 'pengganti' Putri Noriko. Pada tanggal 29 Desember lalu, dia berulang tahun ke-20 sekaligus resmi menjadi anggota keluarga Kekaisaran, dan dia hadir pada acara tahun baru Jepang bersama anggota dewasa dari keluarga Kekaisaran untuk pertama kalinya. Sebetulnya, ada juga anggota keluarga lainnya yaitu Putri Aiko dan Pangeran Hisahito. Namun hanya anggota kekaisaran yang sudah dewasa yang bisa menghadiri upacara resmi dan tugas kekaisaran untuk melayani publik Jepang dan dunia internasional, ditambah lagi keduanya masih harus fokus untuk menempuh sekolah dasar dan menengahnya.

Dengan demikian, jumlah anggota Kekaisaran Jepang saat ini berjumlah 20, namun hanya 6 anggota pria di keluarga kekaisaran Jepang termasuk Kaisar sendiri, sisanya adalah wanita. Anggota tertua Kekaisaran Jepang sementara ini adalah Pangeran Mikasa, yang pada bulan Desember mendatang akan menginjak usia 100 tahun. Sedangkan anggota termuda dalam keluarga Kekaisaran adalah Pangeran Hiashito, yang lahir pada tahun 2006. Untuk anggota wanita keluarga Kekaisaran, terdapat 6 anggota wanita yang sudah menginjak usia dewasa dan siap untuk menikah, termasuk Putri Kako yang baru resmi menjadi anggota keluarga Kekaisaran, Desember lalu.

Krisis suksesi yang terjadi di Jepang karena tidak ada anggota laki-laki yang lahir sejak tahun 1965, tahun kelahiran Pangeran Akishino, ditambah lagi dengan kelahiran Putri Aiko, anak tunggal dari putra mahkota Naruhito, telah memaksa untuk mengubah suksesi yang hanya dibatasi oleh laki-laki, menjadi diperbolehkan untuk wanita. Namun sejak kelahiran Pangeran Hisahito, putra tunggal Pangeran Akishino sekaligus cucu lelaki Kaisar satu-satunya, masalah krisis suksesi tahta Krisan telah dipecahkan. Namun permasalahan bukan berakhir sampai di sini. Tahun 2012, Pemerintah Jepang sempat kewalahan dan bingung tentang nasib wanita setelah menikah dengan pria biasa, mengingat pada saat ini jumlah anggota wanita di Kekaisaran Jepang lebih banyak daripada laki-laki sebagai penerus tahta dan keluarga. Dikhawatirkan dengan berkurangnya jumlah anggota keluarga kekaisaran, akan menambah beban tugas kaisar sebagai kepala negara. Oleh karena itulah, pembahasan dan revisi tentang Undang Undang Rumah Tangga Kekaisaran tetap dilanjutkan sampai saat ini, sampai artikel ini ditulis, belum jelas kapan pembahasan dan revisi akan selesai.

Sebenarnya, banyak cabang keluarga kekaisaran di Jepang. Namun 11 diantaranya dikembalikan menjadi status rakyat biasa sebagai pengaruh dari pendudukan Amerika dan mengadopsi nama keluarga pangeran menjadi nama keluarga, diantaranya Kuni-no-miya, Kaya-no-miya, Takeda-no-miya, dan sebagainya. Keluarga Kekaisaran Jepang Modern diambil dari putra Kaisar Meiji, Kaisar Taisho dan Permaisuri Teimei, istrinya. Mereka berdua inilah yang menurunkan anggota keluarga kekaisaran melalui pernikahan dengan istri resmi dan bukan selir. Walaupun Kaisar Showa sempat dibujuk untuk mengambil selir oleh Petugas Istana pada saat itu, namun beliau menolak dan hanya menginginkan keturunan putra mahkota melalui istri yang sangat dicintainya, Permaisuri Nagako. Bahkan, sesuai dengan perkembangan zaman, keberadaan selir kerajaan sudah tidak berlaku lagi. Akhirnya keturunan melalui istri resmi tetap berlanjut sampai saat ini.

Sampai saat ini, susunan penerus tahta Bunga Krisan sepeninggal Kaisar Akihito ada 5 orang: (1) Putra Mahkota Naruhito, (2) Pangeran Akishino, (3) Pangeran Hisahito, (4) Pangeran Hitachi, dan (5) Pangeran Mikasa. Namun, publik Jepang hanya mengharapkan Pangeran Hisahito, untuk melanjutkan garis keturunan, bahkan kekaisaran melalui pernikahan, sehingga dapat melahirkan penerus tahta. Pasalnya Pangeran Hitachi dan istrinya tidak memiliki anak, sedangkan Pangeran Mikasa dan istrinya meskipun memiliki anak lelaki, namun kini semua putranya telah meninggal, ditambah dengan cucu-cucunya di lingkungan Istana Kekaisaran yang semuanya perempuan. Harapan publik Jepang tersebut sangat penting, mengingat di Jepang sedang krisis demografi, banyak perempuan Jepang yang takut untuk menikah, sehingga generasi muda di Jepang semakin berkurang. Semoga harapan Pangeran Hisahito sesuai arti namanya: tenang, berbudi mulia dan berumur panjang, sehingga eksistensi Kekaisaran Jepang tetap berlanjut...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun