Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Mengapa TV Lokal Akhirnya 'Tunduk' Pada TV Berjaringan?

18 Februari 2015   10:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:59 353 0
Akhir-akhir ini, saya melihat saluran TV ini ada yang baru. TV-TV lokal ini mulai dimasuki oleh TV Berjaringan. Awalnya Lampung TV yang pertama kali merelay siaran dari Sun TV (kini Sindo TV) selama beberapa jam yang kini sebagian besar acaranya dari Sindo TV sendiri, sebelum pada akhirnya semua TV-TV lokal merelay acara-acara dari TV berjaringan. Bahkan, kanal no 12 yang awalnya Karaktau TV yang hanya merelay, kini ‘menghilang’ dan kini berganti menjadi milik B Channel (sekarang RTV). Begitu juga dengan TV-TV lokal di daerah lain yang telah ‘ditaklukkan’ oleh TV berjaringan, apakah Kompasianer dan netizen di daerah lain pernah mengalami hal yang sama bukan?

Dari kejadian tersebut, saya menjadi tahu mengapa TV-TV lokal ini akhirnya ‘tunduk’ pada TV Berjaringan, antara lain sebagai berikut:

Pertama, biaya operasional. Lihatlah Trans Media, yang ‘membawahi’ Trans TV dan Trans7, mengeluarkan biaya operasional sebanyak 15 Milyar per bulan, untuk produksi acaranya, iklan, dan sebagainya. Sedangkan TV Lokal, biaya segitu saja terasa memberatkan, makanya acara yang ditayangkan jumlahnya sedikit (meskipun ada yang sudah lumayan banyak), bahkan jarang sekali gaung iklan yang dipasang pada TV Lokal. Bahkan ada salah satu TV lokal yang acaranya musik, itupun musik yang 'jadul' dan tidak pernah up to date, tidak seperti acara musik ‘sebangsa’ Dahsyat dan Inbox.

Kedua, karena teknologi yang digunakan. Karena biayanya operasionalnya tinggi, maka acara yang dihasilkan oleh TV Nasional (termasuk beberapa TV Berjaringan) terlihat lebih bagus pula, karena telah memasukkan teknologi dalam latar belakang studio, bahkan properti pada latar belakangnya dibuat sebagus dan semenarik mungkin. Sedangkan TV lokal, studionya kebanyakan terkesan ala kadarnya, walaupun ada beberapa yang sudah memadukan teknologi, itupun teknologi latar belakang desainnya sangat sederhana. Apalagi negara kita telah memasuki era TV Digital, apabila TV lokal tidak menyesuaikan dengan kemajuan teknologi karena masalah biaya, nasib TV lokal dikhawatirkan terancam gulung tikar.

Ketiga, karena tidak memiliki bidang usaha lain yang berhubungan dengan media massa (misalnya radio/koran). Itulah yang menyebabkan mengapa Radar TV Lampung agak susah ‘ditaklukan’ oleh TV Berjaringan karena perusahaan yang memiliki Radar TV Lampung juga memiliki koran lokal bernama Radar Lampung, yang sama sama bergabung dalam naungan JPMC (walaupun hanya merelay stasiun JTV namun terbatas pada katun asing), begitu juga dengan TV lokal di daerah lain yang memiliki media massa lain misalnya radio/koran. Hal yang sama juga dilakukan oleh Metro TV, salah satu TV nasional, yang juga memiliki koran yang bernama Media Indonesia, dan Kompas TV yang tentu saja punya harian Kompas. Karena sama-sama fokus di bidang berita, maka tak heran berita yang dihasilkan lebih berkualitas.

Keempat, tentu saja adanya kerjasama antara TV lokal dengan TV berjaringan sendiri. Melihat acara-acara TV lokal yang cenderung sedikit, maka TV Berjaringan melakukan kerjasama antara TV lokal untuk menayangkan konten mereka, karena kanal-kanal di televisi jaman sekarang sudah penuh, sedangkan setiap tahun ada saja yang ingin stasiun TV mereka mendapatkan kanal agar bisa disiarkan.

Oleh karena itu, kerjasama antara TV Lokal dan TV Berjaringan bagaikan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Selain agar pemirsa dapat menyaksikan acara dari TV berjaringan yang lebih kaya, juga tetap mempertahankan keberadaan TV lokal tersebut. Jadi kita tak perlu sampai berlangganan TV kabel demi mendapatkan program yang diinginkan, bukan?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun