Saking senangnya, saat menerima hadiah, Donna langsung ingin bermain sepeda. Namun, tidak diijinkan oleh Bu Dito. Donna hanya diijinkan bersepeda pada saat libur atau pada hari Minggu.
Donna mempunyai anjing herder yang bernama Brando. Bapak dan ibu Dito, memang memelihara herder untuk menjaga rumah mereka. Brando pernah disekolahkan juga, jadi pintar.
Konsumsi makanan Brando pun spesial. Menu sehari-hari berupa daging cincang yang dicampur telor mentah 3-4 butir. Minumnya pun susu uht plain. Alhasil, Brando menjadi sangat kuat dan dapat berlari kencang. Pernah suatu ketika, Donna ditubruk Brando sampai terjengkang. Jadi seperti itu, kekuatan Brando sangat warbiyasa.
"Bu, hari Minggu boleh 'kan, bersepeda?" Donna memastikan lagi, takut Bu Dito berubah pikiran.
"Boleh--hanya hari Minggu, ya." Kata Bu Dito.
"Ditemenin Brando, boleh nggak?" Donna meminta ijin membawa Brando bersepeda.
"Tidak!" Kata Bu Dito tegas.
Hari Minggu pun tiba, saatnya Donna bersepeda. Pagi sekali Donna sudah bersiap-siap, sebelum Bu Dito bangun. Donna berniat memamerkan sepedanya, terutama pada seorang anak perempuan tetangga. Anak perempuan itu rumahnya hanya beberapa blok dari rumah Donna.
Donna sebenarnya belum mengenal anak perempuan itu, hanya sebatas tahu saja. Karena Bapak dan Ibu Dito, baru pindah ke daerah ini belum lama. Sehingga Donna belum mempunyai teman. Donna hanya sebatas memantau, anak yang seumuran, di lingkungan barunya.
Anak perempuan ini--bila bersepeda--ditemani seekor anjing pudel. Kadang pudel itu dimasukkan ke keranjang sepeda, kadang dirantai dan rantainya dikaitkan pada stang.
Donna tidak mau kalah. Minggu pagi itu, dia nekad membawa Brando berjalan-jalan. Walaupun Bu Dito tidak mengijinkan. Diam-diam, Donna mengeluarkan sepeda barunya, lalu dia sandarkan di luar pagar rumah. Sesudah itu, Donna kembali masuk untuk membawa Brando ke luar pagar. Donna melakukannya diam-diam. Karena apabila Ibu Dito tahu, pasti akan diomelin.
Akhirnya, Donna dan Brando melenggang bebas. Sepeda dikayuh diantara orang-orang yang sedang berolah raga di Minggu pagi. Sesekali Brando berhenti mengendus ke sana ke mari.
Dari situ tidak ada masalah. Sampai akhirnya ...
Dari kejauhan, Donna melihat penampakan anak perempuan dengan pudelnya. Mereka datang dari arah yang berlawanan. Saat itu si pudel sedang duduk manis melihat-lihat pemandangan dari dalam keranjang sepeda mini.
Setelah jarak--antara mereka--sekitar tiga meter, tiba-tiba Brando menjadi tegang. Kedua telinganya tegak, matanya melihat ke arah anak perempuan dan pudelnya. Radarnya seperti menangkap sesuatu makhluk yaitu (((pudel))).
Kemudian Brando tampak menyerigai, lalu mengonggong. Tidak sampai hitungan ke tiga, Brando berlari secepat kilat menuju ke 'sasaran tembak', yaitu pudel.
Brando yang dirantai dan rantainya terkait pada stang sepeda, berlari kencang. Tanpa bisa mengelak, Donna dan sepedanya ikut bergerak bersama Brando. Saat sepeda masih berada di jalan yang lurus tidak menjadi masalah.
Masalah muncul, saat Brando naik ke trotoar, dan mengakibatkan Donna jatuh bersama dengan sepedanya. Kemudian Donna terseret-seret sekitar 2 meter, di aspal bersama sepeda mininya.
Setelah Donna dan sepedanya tersangkut di trotoar, Brando pun berhenti berlari. Tapi kondisi Donna sudah tidak karuan, karena sekujur tangan dan kakinya penuh luka baret karena terseret-seret di atas aspal.
Sambil meringis menahan sakit, Donna berjalan pulang sambil menuntun sepedanya yang sudah penyok di sana sini. Terutama pada jeruji, sadel dan stangnya. Beserta Brando yang masih terikat pada stang sepeda.
Saat sudah sampai di depan rumah, Donna membuka pagar lalu perlahan masuk. Bu Dito ternyata sudah menunggu di teras sambil menggelengkan kepala berulang kali.
"Itulah akibat dari anak yang suka pamer dan tidak menurut apa yang dikatakan orang tua!" Suara Bu Dito menggelegar, memecah keheningan Minggu pagi.
___
Writen by CoretanEmbun