Aku terbangun dari tidur dengan dada berdegub. Kembali lagi terdengar suara teriakan yang mengandung kata makian. Dari ruang keluarga. Oh bukan, tepatnya bukan "ruang keluarga"--kalau boleh kukondisikan--lebih tepatnya "ruang pertengkaran".
Hampir setiap hari hal itu terjadi, tapi aku tidak dapat melakukan apapun. Aku tidak boleh keluar dari kamar sebelum Ayah selesai memaki Ibu. Namun untuk saat itu aku harus keluar--mau tidak mau--karena aku harus ke sekolah.