Brownies legit dengan topping coklat, keju dan almond yang bertaburan diatasnya, menggugah selera bukan? Aku tidak tau apakah nanti Rino ingin mengigitnya sedikit demi sedikit atau melahapnya sekali makan? Ah ...itu semua terserah Rino saja. Yang penting apakah dia mau menerima hadiahku ini..? Walau hanya sepotong?
Seperti saat itu manakala senja terselip di setiap sudut jalan yang kulalui bersama Rino, lalu tidak lupa kami mampir ke sebuah kedai kopi untuk sekedar mengantarkan senja pada pelukan malam. Tentu dengan sepotong brownies yang menemani kopi-kopi kami. Ya..kami selalu hanya pesan sepotong, lalu bergantian saling suap hingga potongan terakhir. Sambil terus berpandangan dengan tangan saling menggenggam, hingga brownies tersebut tandas tanpa bekas. Duh...saat saat itu terbingkai dengan indahnya menghiasi tempurung otakku.
Tanpa terasa aku pun sudah berdiri di depan kedai kopi itu. Dengan perlahan kubuka pintunya. Hawa sejuk pendingin ruangan langsung menyeruak menerpa wajahku. Cepat cepat kututup kembali pintunya dan kuangkahkan kaki menuju etalase yang berisi aneka rasa kue kue yang menggugah selera. Rupanya Brownies kegemaran kami hanya tinggal sepotong. Untunglah masih ada. Buru buru ku panggil gadis penjaga etalase.
"Mbak saya mau yang ini, yang bertabur topping coklat, keju dan almond".
Gadis itu dengan sigap langsung menempatkan brownies tadi ke dalam sebuah kotak kue.
"Hati-hati mba jangan sampai toppingnya berhamburan", kataku berlebihan. Gadis itu hanya tersenyum.
"Ini saja?",katanya seraya memandangku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Rino, brownies kegemaranmu sudah kudapatkan. Sekarang aku tinggal membeli bunga Lily putih supaya rumahmu terlihat indah. Bukankah kita akan merayakan hari ulang tahunmu disana? Ini akan menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan bukan?
Akupun lalu meninggalkan kedai kopi itu. Dan kubawa kotak kue berisi brownies tadi dengan hati-hati. Aku tidak ingin potongan brownies ini hancur atau porak poranda sebelum kita sempat menikmati setiap suapannya berdua saja. Ya.. berdua saja, bukankah itu yang selalu kita lakukan. Makan sepiring berdua.
Kemudian aku pun berjalan menyebrangi jalan menuju kios bunga diseberang kedai kopi untuk membeli sebuket Lily putih.
Sempurna. Brownies sudah kudapatkan dan buket Lily putih pun sudah ditangan. Akupun mengingat ingat adakah yang terlewat. Oh ya...lilin ulang tahun. Mungkin minimarket disebelah kios ini menjualnya. Dari kios bunga aku pun menuju minimarket membeli lilin untuk kue ulang tahun Rio. Lalu aku pun dengan segera menuju ke tempat Rino. Semoga dia senang dengan kejutan ini, karena aku tidak mungkin lupa pada hari ulang tahunnya.
Rumah Rino tampak sepi dan gelap. Hanya pantulan cahaya bulan yang keperakan yang menemaniku memasuki tempat itu. Diiringi pekikan burung-burung malam. Lalu dengan perlahan ditengah keheningan suasana sunyi senyap kuletakkan brownies tadi perlahan lahan. Lalu kubuka penutup kotaknya, dan kunyalakan lilin ulang tahun diatasnya. Kuambil vase bunga yang telah kusiapkan dari rumah dan mengisinya dengan sebuket Lily putih. Semua tampak sempurna hanya tinggal menunggu kedatangan Rino malam ini.Aku menunggumu Rino. Menunggu kau datang karena kita harus merayakan ulang tahunmu dan menikmati brownies ini bersama. Aku menunggu tiap suapan yang akan kau berikan padaku, ....kekasihku.
Malam mulai bergelayut dan Lilin ulang tahun itu mulai habis karena mencair. Tapi Rino pun tak kunjung datang hingga rasa kantuk mulai menyerangku. Sekonyong konyong seekor tikus besar mendekat mengendap endap, mengendus lalu melahap brownies itu dengan rakus kemudian lari. Aku hanya dapat terpaku melihat kejadian itu. Tak lama datanglah tikus-tikus lainnya dan melakukan hal yang sama. Aku tak dapat berbuat banyak. Miris aku melihat brownies itu hancur tanpa bentuk tercemari moncong dan kaki-kaki tikus, binatang pengerat itu telah memakannya tanpa aturan. Aku pun menangis, airmataku menitik diatas tanganku yang gemetar. Yang aku tau Rino tidak akan pernah datang walau sekarang adalah hari ulang tahunnya. Walaupun hanya untuk sekedar menikmati brownies pemberianku. Sungguh Rino, aku merindukan setiap suapan yang kau berikan. Tatapan cinta dari sinar matamu yang membelai hatiku. Dan genggaman tanganmu yang lembut. Tapi sudahlah brownies itu kini telah hancur.. Aku sepertinya harus rela, ikhlas, dan pasrah melihat tikus-tikus itu me-lahap dan mencemari-nya sepuas hati. Tapi baiklah aku pun menyerah menunggumu datang, Rino. Lebih baik kutinggalkan saja brownies itu diatas pusaramu. Selamat Ulang tahun Rino, Rest In Peace. Aku hanya bisa mendoakanmu.
Nightmare to remember RIP