Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Sepenuh Rindu

20 Juli 2015   15:41 Diperbarui: 20 Juli 2015   15:41 830 23
Satu detik berlalu

lambannya serasa tujuh windu

ketika arti menunggu

pahit, bagai lidah tertimbun empedu

/

basah hujan kini tengah menjauh

kering angin semakin riuh bertabuh

/

barangkali hanya rindu

yang tak pernah mengenal musim

ia bermukim,

pada ruang-ruang jantung penuh candu

/

semisal hujan tak turun lagi

pun kemarau lantang bicara tak mengenal henti

kupastikan rindu tetap ada di sini

sebab ia jatuh dari hati, bersemi sepanjang hari

/

umpama langit tak teduh lagi

dan berbidang sungai tak beriak kembali

mata rindu akan selalu terjaga

susupi senyap jiwa berdahaga

/

sesudah itu,

kita menguyah indah bayangan senja

bersama rindu yang kita punya

/

/

Kampung Hujan, 200715

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun