Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Detak Fatamorgana

11 Juni 2013   17:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:12 171 2

Aku menyibak misteri dari pejam mimpi

bayangmu masih saja mengusik hari

matamu terus menguras hati

*

Kamu diam

dalam lembut angan-angan

kamu tersenyum

saksikan risau hati yang mengalun

*

Berhenti!

inginku jangan dulu kamu beranjak pergi

mauku kamu tetap ada di sini

dan jangan hilang lagi

*

Mestikah aku melerai segala kenangan?

ataukah berkelahi dengan semu indah bayang masa depan?

perjuangkan hingga deru nafas tak bersisa

tetapi aku berkawan baik dengan jalan takdir

sangat baik

*

Oh pagi yang nestapa

aku patah arah gulana

hilangkan sengau yang menjegal jendela aksara

puaskan gundah yang merekah

lepaskan cinta bermuara pada tabir syair indah

*

Oh Senja yang menusuk dingin

aku lain pada ingin

bebaskan rasa bergurat angin

hempaskan kacau irama dan detak yang terjalin

*

Sepasang puisi kini bersemayam

pusara lantun aksara mengayam ruang

dengung santun dua elegi sayup menjauh

petikan nada pada kanvas senyap terurai

*

Kini kamu benar hilang tertiup api

pergi jauh bukan mati

hilang pandang tak lihat nanti

*

Mungkin kamu takkan pernah kembali

pergi tanpa membawa setitik pelangi

lari tanpa tinggalkan sebutir matahari

dengan kemungkinan yang tak terbawa di telapak janji

*

Dalam detak ilusi waktu

kunikmati sisa percikan raut teduh itu

irisan senyumpun tak terelakkan segenap belenggu

dalam buaian imajinasiku

*

Kudengar derit sepotong pintu menutup perlahan

bersama terbenamnya bayang-bayang

di ufuk senja yang beranjak melayang

lalu hilang semua sekarang

***

- Kampung Hujan, 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun