Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jangan Menghakimi Para Jilboobers

6 September 2014   22:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:26 90 2

Akhir-akhir ini media sosial diramaikan dengan informasi seputar muslimah berjilbab yang gaya memakainya agak berbeda. Mungkin bisa dibilang keluar dari kaidah-kaidah penggunaan hijab/jilbab yang sebenarnya. Yang demikian publik kerap menyebutnya "jilboobers".

Rasanya tidak perlu dijelaskan secara gamblang seperti apa sebenarnya para "jilboobers" itu.

Agak riskan sebenarnya saya membahas tentang hal ini. Karena dengan penuh kesadaran diri, saya pun masih jauh dari kebenaran kaidah atas jilbab yang saya kenakan. Tapi lahirnya artikel ini mungkin bisa dijadikan bahan pembelajaran bersama tentang bagaimana menyikapi hak hidup orang lain serta pemahaman tentang kemungkinan positif lainnya tentang suatu hal.

Seperti halnya dalam dunia hukum yang mengenal azas praduga tak bersalah. Alangkah eloknya jika dalam kasus jilboobers ini kita juga menerapkan azas yang sama.

Dalam benak saya bergumul sekian banyak pernyataan untuk para muslimah cantik ini. Diantaranya, mungkin mereka sedang belajar mengenakan jilbab, mungkin mereka belum tahu cara menggunakan jilbab yang lebih baik dari ini, atau mungkin ini adalah proses yang harus mereka lalui dalam menempuh titik penggunaan jilbab dengan kategori baik.

Boleh saja kan kita berfikiran demikian? Ya, karena apapun di dunia ini tentu membutuhkan suatu proses untuk mencapai kesempurnaan.

Demikian pula dengan para jilboobers yang mungkin saja mereka belum siap untuk langsung berbenah diri mencapai angka 100%. Kerudung/jilbab panjang, gamis terjulur, hingga kaos kaki yang tak pernah alpa dalam setiap aktifitasnya.

Satu hal yang bagi saya penting dicamkan baik-baik, yakni apakah setiap orang bisa langsung berubah drastis 180 derajat? Menjadi orang yang baru, yang lebih baik bahkan sangat baik.

Bisa jadi di luar sana jutaan kaum hawa begitu mudahnya hijrah menjadi seorang muslimah yang penuh dengan balutan syariah tanpa perlu melalui proses panjang dan bertele-tele untuk mencapainya. Beruntunglah bila yang demikian.

Tapi sebagaimana hal-hal lainnya dimana di dunia ini semuanya berpasang-pasangan. Ada yang begitu mudahnya mencapai titik kebaikan, namun ada juga yang butuh proses dan waktu untuk mencapai kesempurnaan.

Entah berlebihan atau tidak pendapat saya ini tentang gadis cantik yang berjilbab tapi sayangnya belum sesuai dengan syariat islam. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa malaikat saja sudah mencatat segala niat baik yang akan kita lakukan. Nah bagaimana dengan niat baik para wanita ini yang sedikitnya telah sadar untuk mulai menutup aurat? Pembaca bebas menjawab dengan pendapatnya masing-masing.

Menurut saya Jilboobers bukanlah pihak yang boleh dengan sesuka jidat kita gadang-gadang sebagai kaum aneh yang menjelek-jelekan islam, muslimah tapi tidak syar'i ataupun kaum sadar aurat tapi tidak berada di jalur syariah. Mereka tetap manusia biasa seperti kita yang butuh proses, butuh pendampingan, butuh pengajaran, butuh tambahan wawasan hingga sukses tanpa cela untuk mencapai tuntutan agama.

Kita semua masih sama-sama butuh belajar toh? So, ngga lucu ya rasanya jika dengan mata dan hati yang terbuka kita semena-mena menghakimi orang lain

Yang bisa kita lakukan saat ini ialah sama-sama memberikan pencerahan kepada mereka tentang kaidah penggunaan jilbab yang baik. Bahwa jilbab bukan sekedar penutup kepala dan lain sebagainya.

Jika hal tersebut terasa sangat sulit kita lakukan, ada yang paling minimal bisa kita perbuat. Yaitu, tidak menghujat mereka melalui cara apapun. Minimal tidak mencibir, mengumpat atau sejenisnya.

Untuk semuanya, stop menyebarluaskan gambar-gambar jilboobers!
Untuk semuanya, stop memandangi foto-foto para jilboobers!
Untuk para jilboobers, yuk sama-sama kita belajar untuk mencapai kualitas iman, islam dalam lahir dan batin demi mencapai kesuksesan di dunia maupun akhirat

(dnu, ditulis sambil ngantuk, 24 Agustus 2014, 19.18)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun