Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mau Merokok? Silahkan Saja...

1 Oktober 2014   00:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:53 69 1
Biasa, nunggu jemputan pulang kerja, so ngemoll-lah sasaran empuknya :)

Duduk di luar lobi mall sambil memperhatikan ratusan orang yang hilir mudik, sibuk dengan kepentingannya masing-masing.

Saya perhatikan tidak semuanya berbelanja atau makan, tapi banyak juga yang seperti saya, hanya sekedar mencari hiburan ditengah sapuan angin malam :p

Banyak pria paruh baya yang duduk-duduk di dekat saya. Ada beberapa yang merokok dan asapnya cukup mengganggu.

Beruntung saya membawa masker, sehingga dengan aman saya bisa menutup mulut dan hidung saya untuk menghindari serbuan asap rokok tersebut dan masuk kedalam tubuh melalui hirupan udara.

Mungkin tidak semua orang seperti saya yang kemanapun pergi membawa masker, tissue atau apapun yang bisa digunakan untuk menutupi mulut & hidung dari serangan debu maupun asap rokok.

Berbagai hal yang dilakukan dalam hidup adalah pilihan. Begitu juga dengan merokok, ini adalah pilihan bagi seseorang dengan alasannya masing-masing. Dan bagi perokok pasif atau orang-orang yang tidak merokok tapi seringkali disuguhi asap rokok di jalan, sesungguhnya juga memiliki pilihan untuk menghindari sajian tersebut.

Sama-sama memiliki hak veto untuk berbuat sesuatu toh?

Yang merokok, bisa dikembalikan bahwa itu adalah haknya walaupun seiring dengan melakukan hal tersebut dia tengah meresikokan hidupnya.

Bagi yang tidak merokok, demikian sebaliknya pilihan ini adalah haknya untuk hidup lebih sehat.

Namun apa yang biasanya dilakukan oleh para perokok pasif ketika menghadapi perokok aktif, kadang saya tidak terlalu setuju.

Misalnya perokok aktif sedang merokok di luar gedung, lalu ada orang yang tidak merokok duduk disebelahnya dan berkata "mas maaf matiin rokoknya, bikin nyesek banget nih asepnya..." Nah, yang seperti ini menurut saya egois.

Perokok pasif eloknya tidak hanya menuntut sang perokok aktif untuk mematikan rokoknya, atau pindah dari tempatnya merokok. Tapi kita juga harus bisa mengendalikan diri dan bertoleransi, dengan cara tutup hidung pakai sarana yang kita punya (jika kita memang harus berada di tempat itu). Atau kita pindah tempat dan menjauhi orang yang sedang merokok.

Sebaiknya tidak hanya menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu hal, tapi kita juga harus segera mengambil tindakan.

Merokok memang dilarang dilakukan ditempat-tempat tertentu. Tapi apakah kita mau terus menegur orang yang salah padahal kita tidak kenal? Tidak tahu siapa dia? Sementara kita masih bisa melakukan tindakan lainnya.

Membenarkan yang salah memang sangat baik, namun pertanyaannya adalah apakah kita lupa dengan toleransi? Tidak inginkah kita menjunjung tinggi toleransi terhadap sesama manusia?

Tapi walau bagaimanapun juga tetap saja, merokok tidak baik untuk kesehatan, asap rokok sangat mengganggu kesehatan orang lain dan kesan laki-laki perokok bukanlah prima melainkan butuh pelarian atas suatu pemikiran.

Biarkan orang lain hidup dengan isi kepalanya masing-masing. Lalu kita berbuat baik semampunya dengan pertama menyelamatkan diri sendiri, selanjutnya mencoba meluruskan kekeliruan orang lain dengan cara yang paling elok Misalnya dengan sering-sering mengingatkan bahwa merokok itu membunuhmu lho

Perbedaan memang tidak bisa bersatu, tapi sesungguhnya masih bisa berdampingan :)

(dnu, ditulis sambil makan pisang goreng, 26 September 2014, 18.05)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun