Ada satu wanita yang hadir dengan seluruh panggilan hatinya untuk menenangkan keluarga korban yang ketika itu masih harap-harap cemas menunggu kabar. Dari Basarnas, Televisi, Pihak Air Asia atau dari manapun semua jalur telah menjadi sarana yang dinanti-nanti.
Harapan pertama adalah semoga pesawat ditemukan dan semua penumpang beserta awak kapal selamat.
Setelah ada informasi bahwa kepingan pesawat dan ada mayat yang berhasil ditemukan, harapan keluarga berubah menjadi "semoga ada yang selamat..."
Tangisan dari berbagai sudut seketika pecah dan membentuk untaian gemuruh di ruang tunggu keluarga korban Air Asia QZ8501.
Para keluarga korban saling berpelukan, mengatupkan tangan sambil berdoa, mengusap air mata, menatap kosong ke langit-langit ruangan, menangis tanpa sadar... Hingga ada yang pingsan karena sudah amat tak berdaya...
Tapi inilah kenyataan yang harus diterima.
Ditengah duka dan air mata, ada seorang wanita berjilbab yang telah lama ada diantara mereka. Wanita yang telah siap memberikan genggaman tangannya untuk mencoba menguatkan.
Wanita yang telah siap memberikan tissue kepada siapa saja yang membutuhkan untuk sekedar mengusap kesedihan.
Dan ia adalah wanita yang telah siap memberikan pelukan sebagai tanda turut berduka cita...
Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang menjadi salah satu Ibu Peri saat itu.
Banyak petinggi yang juga menjadi pelipur lara ketika itu, namun kehadiran Bu Risma, begitu ia akrab disapa, cukup menarik perhatian.
Bu Risma terus berkeliling ke berbagai sudut ruangan, hanya untuk sekedar berbagi kekuatan dalam derasnya air mata kesedihan.
Diantara penguatan yang Bu Risma berikan, ada satu ucapannya yang amat mulia dan bijaksana kurang lebih seperti ini :
"ini memang harus terjadi. Hari ini terjadi padamu... dan mungkin saja esok terjadi padaku.. Kita ngga akan pernah tau.... Jadi kamu harus kuat..."
Ibu Peri itu bernama Tri Risma Harini
Menguatkan dalam kehilangan...
(dnu, ditulis sambil terus mengikuti berita perkembangan evakuasi air asia qz8501, 1 Januari 2015, 20.50)