Terbit serpihan bintang yang digantung di atas awan mendung
Sang dara menanti hujan di tepian bengawan
Sambil melempar pandang menembus belukar
Menanti pangeran yang datang dari arah datangnya awan
Mengajaknya di atas kereta kencana
Diiringi jeritan malam yang memekak telinga
Dan tepuk tangan dari pemain sandiwara malam
Lamunan demi lamunan terkikis masa
Ia tersungkur merana
Menggeliat di atas air mata yang membasahi gulma
Oh semesta, rupanya ia hanya manusia biasa
Sang dara terbangun sadar dari impian yang membuatnya gusar
Berlari lalu tenggelam ditelan kelam
Mengejar cahaya yang katanya mengirim cinta
Barangkali dukanya dilebur bersama layunya bunga