Mohon tunggu...
KOMENTAR
Gaya Hidup

Titik Balik Suami Di-PHK: Aku Jadi Direktur

16 Juli 2013   15:26 Diperbarui: 15 Juli 2020   07:06 4038 27
Sebagai lulusan Arsitektur ITB (masuk tahun 1989) rasanya mendapat pekerjaan itu mudah saja. Selepas lulus tepat waktu di tahun 1994 langsung bekerja dan mendapat kepercayaan menjadi asisten Manager di sebuah developer. Namun kehamilan anak pertama membuatku harus berpindah pekerjaan ke sebuah konsultan agar tak terlalu berat kerja di lapangan. Ternyata setelah melahirkan (walaupun normal, aku mengalami retak tulang ekor yang berakibat sakit luar biasa ketika harus duduk) aku diminta suami untuk berhenti bekerja. Alasannya kasihan anak yang hampir selalu ditinggal mulai pagi hingga malam hari. Sedih juga kehilangan pekerjaan menjadi pengangguran. Menemani anak semata wayang ternyata membuatku banyak memiliki waktu luang. Rasanya jadi pengangguran itu tidak enak. Untuk mengisi waktu, Aku memilih kuliah S2 dengan biaya orangtua. Alhamdulillah ... Aku bisa lulus magister manajemen tepat waktu. Sebelum wisuda di tengah gejolak masa reformasi, suamiku (juga arsitek lulusan ITB) yang bekerja di developer terkena PHK besar-besaran. Krisis moneter tahun 1998 melanda Indonesia. Jadilah kami berdua saat itu pengangguran berpendidikan tinggi. Tabungan kami semakin  menipis. Setelah wisuda aku mencoba melamar pekerjaan sebagai dosen di luar kota tempat orangtuaku tinggal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun