Sebut saja namanya Mawar
perawan menawan pusaka tapal batas
Menganyam pun berladang menjadi keseharian
Kembang desa bersahaja lagi ranum-ranumnya
Jelita dari kalangan jelata
Duhai mawar, semerbak wangimu membuai udara
Adalah kumbang sang penjerat paling keparat
Memburu kuncup-kuncup mekar hingga belukar
Bermodal selarik sajak-sajak cinta terjatuhlah mawar dalam kubangan rasa paling jahanam
Rela meninggalkan tanah kelahiran demi bersama pujaan
Duhai mawar, kemurnianmu mengundang lembaran dolar
Seminggu, dua minggu hingga enam bulan; tanpa berkabar kampung halaman
Pengap, gelap; tersekap tembok tebal meringkuk di sudut ruang
Meraung, berteriak histeris; kulit sepucat rembulan tersapu awan
Merindukan pulang ketimbang dipaksa menyusup ke negeri seberang
Duhai mawar, kesakitanmu lukai nurani
Di suatu pagi yang basah jejak hujan semalaman
Sekumpulan lalat berdengung berpestapora
Kerumuni seoonggok daging tak bernama
Terserak antara tumpukan sampah
Di pinggiran ibu kota
Duhai mawar, mekarlah dalam keabadian
Bersembunyi di balik topeng bermata sayu Sang kumbang menggila