Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

HUBUNGAN ANTARA GADO-GADO DAN CINTA

1 Januari 2011   06:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:04 276 0

Selada bokor, potongan timun, nenas, bengkuang, kentang dan telur rebus, diaduk bumbu kacang yang dicampur sedikit ebi. Hm..Segar, nikmat dan menggairahkan. Itulah gado-gado, salah satu makanan favoritku. Apalagi kalau dicampur beberapa cabe rawit, rasa pedas-pedas sedikit. Terakhir disusun rapi dalam sebuah piring lodor dan dibumbui hiasan bawang goreng di atasnya. Hm, lengkap sudah penampilan dan cita rasanya.

Bagaimana dengan Gado-Gado Cinta? Lho, apa hubungannya? Ada. Sebagaimana gado-gado, cinta pun mempunyai banyak unsur untuk sempurna. Mulai dari saat pertama bertemu, kesan-kesan baru, perasaan-perasaan yang didapat, proses yang dirasakan bahkan kesimpulan akhir berupa keputusan.

Seperti kita ketahui, setiap manusia mengalami pengalaman yang beragam menjalani kehidupan cintanya. Berbagai perasaan menjadi warna dan larut didalamnya. Mulai dari rasa kagum, kangen, benci, bangga, harapan, kecewa dan cemburu. Tetapi hanya manusia yang pandai menata perasaanlah yang kemudian dapat memetikkuntum cintanya. Sementara aku tidak.

Mengenai kenapa aku tidak dapat memetik kuntum cinta. Itu hanya bagian kecil dari fragmen kehidupan. Aku sudah memaafkan diriku untuk kesalahanku .Bahkan sudahcoba pasrahkan pada Tuhan. Untuk kemudian mengapa aku mengungkit kembali masa lalu, itu karena sebuah buku. Inilah buku itu:

Perkenalkan, ini sebuah buku antologi baru. Ditulis oleh 34 penulis. Berkisah tentang ramuan pengalaman kehidupan cinta masing – masing penulisnya. Diterbitkan oleh Leutika Prio. Seperti juga gado-gado, di dalamnya tersimpan kisah berbagai rasa cinta. Itulah mungkin mengapa penyusunnya menamai buku ini Gado-Gado Cinta.

Kebetulan aku ambil bagian di dalamnya. Lewat sebuah proses seleksi dalam sebuah ajang kompetisi, akhirnya naskahku dinyatakan lolos. Senangkah aku karenanya? Sudah pasti jawabannya ya. Tapi kemudian timbul kekhawatiran-kekhawatiran baru di hatiku. Aku bercerita cukup rinci tentang lima orang pria di dalamnya. Salah satunya aku kagum habis padanya. Hanya sayang karena kesalahan sepele, semuanya runyam. Walaupun menggunakan nama samaran, aku khawatir tokoh yang kuceritakan tahu dan protes padaku.

Kekhawatiran kedua. Aku takut orang beranggapan aku membuka aib diri pribadi. Di buku itu aku menceritakan tentang bagaimana karakterku. Aku hanya mau menegaskan, ketika aku menulis naskah itu, tak sedikit pun niatku untuk membuka aib diri sendiri. Atau sebaliknya memuji diri sendiri. Ketika sedang menulis itu, harapanku adalah memberi hikmah bagi yang lain. Dan bagusnya mendapat masukan berharga dari semua pembaca dan teman-temanku.

Sebelumnya sama sekali tidak menyangka naskah itu bakal lolos seleksi. Aku sudah lama menulisnya hanya malas mengeditnya. Tulisanku sangat panjang dan bertele-tele. Hal itu wajar karena aku paling malas dengan yang namanya outline atau kerangka karangan. Ditambah lagi komputerku rusak. Lengkaplah sudah kemalasanku. Tapi kemudian ada panggilan mengetuk – ngetuk hatiku: “Kirim, kirim, kirim.” Makanya pas waktu deadline itu aku mengeditnya sebentar, dan langsung kukirimkan hari itu juga.

Saat ini aku ingin berbagi kisah dengan kalian semua. Siapa kalian, tak penting bagiku. Yang hebat adalah jika kalian membaca buku itu kemudian memberi masukan padaku. Kalau tidak salah, ada alamat email yang bisa kalian akses jika kalian punya saran, kritik atau apapun. Kalaupun lupatercantum, kalian boleh menanyakan alamat emailku di sini.

Salam persahabatan selalu. Maaf aku berpromosi di sini. Jika kalian ingin mendapatkan buku itu silakan hubungi Leutika Prio saja. Harganya Rp.52.000,- ditambah lagi ongkos kirimtentunya. Untuk saatini tidak dijual di toko buku manapun kecuali secara online.

Terimakasih banyak sudah membaca curahan hatiku. Sekali lagi, salampersahabatan ya.

Ujungberung, 31 Desember 2010

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun