Joko Pinurbo alias Jokpin kembali membuatku terhibur dan tergelak dengan buku kumpulan puisinya yang berjudul Perjamuan Khong Guan. Buku ini memuat pilihan puisi baik yang bertema keseharian maupun yang memuat unsur kritik sosial. Puisi-puisinya ringan dan renyah sehingga tak sampai satu jam aku sudah menuntaskan buku setebal 130 halaman ini.
Ada empat bab dalam buku ini yang disebut kaleng. Kaleng terakhir khusus puisi-puisi tentang Khong Guan yang bikin tertawa.
Pada Kaleng Pertama, puisinya bertemakan keseharian dengan topik ringan, seperti kopi, angkringan, kesibukan di pagi hari, dan keruwetan di hari Senin. Tak lupa ia sisipkan kegelisahannya terhadap demokrasi dan kebiasaan tak sehat di masyarakat.
Salah satu puisi yang berkesan di Kaleng Pertama ini berjudul Doa Orang Sibuk yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya. Puisi ini menyentilku. Berikut cuplikannya:
Tuhan, ponsel saya
rusak dibanting gempa
Nomor kontak saya hilang semua,
Satu-satunya yang tersisa
ialah nomorMu.
Tuhan berkata:
Dan itulah satu-satunya nomor
yang tak pernah kausapa.
(2018)
Dalam Kaleng Kedua topiknya lebih beragam, dari buku, catatan kaki, bahasa Indonesia, Nina Bobo, dan sebagainya. Jokpin semakin berani dan lincah bereksplorasi dengan topik-topik yang tidak umum dengan kaidah puisi yang tidak konvensional.