Tahukah kamu, aku suka sekali berbicara tentang kamu kepada teman-temanku. Aku suka memamerkan kuliner lezat yang mudah kujumpai di kota Malang dan sekitarnya, dari bakso, rawon, hingga puthu Celaket yang terkenal itu. Aku bangga lahir sebagai arek Malang dan suka menyebut diriku Arema. Hanya, kejadian di Stadion Kanjuruhan itu membuatku patah hati. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama, kotaku?
Tragedi tersebut meluluhlantakan diriku berhari-hari. Aku ikut marah dan sedih membaca korban yang terus bertambah. Kok bisa? Kok bisa terjadi seperti itu? Berulang kali aku bertanya-tanya, seperti tak percaya tragedi tersebut bisa terjadi. Ketika kemudian para pelaku hanya mendapatkan hukuman ringan, lagi-lagi aku merasa tersayat dan bertanya-tanya. Kok bisa?!
Apakah tragedi itu teguran dari Tuhan agar kita berubah ke arah yang lebih baik? Entahlah, aku berupaya meyakininya seperti itu. Suatu saat kita akan kembali bangkit. Tapi biarkanlah sementara waktu kita fokus berbenah dulu, membenahi para suporter, menjunjung tinggi sportivitas, termasuk dengan menghargai tim dan suporter lawan, dan lainnya.
Sebenarnya bukan hanya saat tragedi Kanjuruhan, aku juga merasa sedih dan patah hati setiap mendengar kabar buruk tentangmu. Ketika sanak saudara bercerita tentang banjir bandang di kota Batu dan sungai Brantas yang meluap di Malang pada tahun 2021, aku juga merasa cemas tentangmu.
Sepertinya baru kali itu aku mendengar kabar sedemikian parah tentang banjir bandang di Batu dan sungai Brantas yang meluap. Aku bertanya-tanya ada apa denganmu? Apakah kamu baik-baik saja?
Aku tahu Malang Raya (sebutan kota Malang dan kabupaten Malang, serta kota Batu) sudah lama tidak baik-baik saja. Kamu telah dipaksa berubah wajah, dari daerah yang asri menjadi daerah yang mulai padat pemukiman dan alih lahan lainnya. Ada begitu banyak villa, penginapan, dan kafe-kafe bertumbuhan. Yang dulunya lahan hijau dan sawah hampir semuanya berubah. Area resapan air telah jauh berkurang.