Di antara sepuluh kucing yang ada di rumah, ia kucing yang paling manis. Oleh karenanya kusematkan nama Nero Manis. Ia kucing kalem yang tak banyak tingkah, sungguh manis. Berbanding 180 derajat dengan saudara kembarnya si Nero Nakal yang tengil.
Suatu sore aku bersama Nero Manis. Ia menemaniku menyapu dan mengepel hingga lantai bersih. Setelah selesai, kami berdua habiskan sore dengan duduk manis. Ia hanya diam menatapku yang sibuk dengan layar gawaiku, mengetik itu dan ini.
Wajah Nero Manis selalu sendu dan melankolis. Membuatku ingin selalu melindungi. Ia jadi korban perundungan dua preman kucing. Sikapnya yang tak suka berkelahi membuat dua preman kucing, Pang dan Pong menjadi-jadi. Keduanya suka mengusili Nero Manis.
Rupanya tak semua kucing oren bar-bar. Nero Manis kucing kalem yang sabar. Ia tak banyak tingkah dan mau makan apa saja. Membuatku merasa nyaman bersamanya.
Suatu sore bersama Nero Manis. Ia terus menemani hingga senja mulai menghampiri. Sudah waktunya aku bersih-bersih diri. Ia pun mengikutiku karena was-was si Pang mengusili.