Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Ketika Si Kumis Berkaki Empat Pergi

14 November 2021   02:06 Diperbarui: 14 November 2021   05:43 270 8
Halaman rumah kami, di bawah pohon mangga,  menjadi tempat peristirahatan kucing-kucing yang singgah di kehidupan kami. Ketika aku atau pasangan mencangkul tanah, menyiapkan tempat peristirahatan terakhir bagi kucing yang meninggal, saat itu kami berpura-pura tabah untuk menyampaikan selamat tinggal.

Baru beberapa hari lalu aku memakamkan dua bayi kucing. Saat itu aku sempat menunda proses pemakamannya karena hujan turun cukup deras. Ketika hanya menyisakan gerimis, aku mulai mencangkul tanah.

Kucing-kucing lainnya mengerumuniku. Mereka nampak penasaran. Aku tak bisa menduga emosi mereka saat itu. Apakah mereka sedih dan ikut berbela sungkawa?

Dua bayi kucing itu tak berinduk. Sampai saat ini keberadaan induknya masih misteri bagiku. Aku juga tak mampu menjadi pengganti induknya. Susu sapi tak cocok bagi bayi kucing.

Telah begitu banyak kucing yang singgah ke rumah kami. Entah karena halaman kami cukup lapang sehingga kucing-kucing suka singgah ke sini, dari yang sekadar numpang minum dan tidur di teras, kemudian jadi betah tinggal di sini hingga beranak pinak.

Awalnya adalah kucing bernama Upik, kemudian ada Nori si ibu Nero. Lalu dari Nerolah, kucing-kucing itu hadir. Semua masih memiliki garis keturunan dari Nero. Dan kini Nero seharusnya sudah berusia tujuh tahun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun