"Sepurane sing akeh...yo.." Kalimat ini biasanya disampaikan sambil bersalam-salaman seusai sholat Idul Fitri kepada mereka yang sebaya. Kalimat yang lebih umum tentunya "mohon maaf lahir batin". Oleh karena pada saat ini pandemi, maka kalimat ini disampaikan melalui gambar atau kalimat yang disampaikan ke aplikasi percakapan, seperti Line, Telegram, dan WhatsApp.
Pada waktu kecil mengucapkan kalimat ini sangatlah mudah. Memohon maaf dan memohon dimaafkan, mudah sekali terlontar tanpa beban.
Tapi ketika sudah memasuki dewasa, ada pertanyaaan menggelayut di benak. Benarkah aku sudah benar-benar memaafkan orang tersebut yang beberapa kali melukai perasaanku? Atau sebaliknya, benarkah ia sudah memaafkanku dengan tulus?
Dan satu lagi hal yang dulu mengganjal, mengapa kita memohon maaf hanya pada saat Idul Fitri? Apakah tidak bisa memohon maaf pada hari-hari biasa?
Hehehe kadang-kadang overthinking itu malah bikin pusing. Hal yang sederhana jadi terkesan rumit.
Sebenarnya memohon maaf bisa kapan saja. Menurutku malah lebih baik bila segera memohon maaf bila ada salah lisan atau perbuatan, daripada ditunda-tunda. Karena bisa jadi mereka yang kecewa atau marah kepada kita akan segera pupus minta maafnya bila kita segera meminta maaf.
Tapi bagaimana bila meminta maafnya pada saat lebaran?
Juga tidak apa-apa meminta maaf selama lebaran. Yang penting sudah ada niat baik untuk meminta maaf. Andaikata belum bisa dimaafkan karena kesalahan kita juga besar juga tidak apa-apa. Kita tunjukkan juga dengan perbuatan dan perubahan sikap terhadap yang bersangkutan sehingga yang bersangkutan tahu bila niat minta maaf kita tulus.
Idul Fitri Memulai Lembaran Baru Lagi
Dalam ceramah setelah sholat Id biasanya Imam memaparkan bahwa mereka yang telah beribadah puasa Ramadan selama sebulan penuh, akan mendapatkan pengampunan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Lembaran baru atau seperti bayi yang belum berdosa, demikian disebutnya. Atau juga ada yang memperumpakannya sebagai kertas yang kosong, siap ditulisi lagi dengan hal-hal yang baik pada hari-hari berikutnya.
Namun, hanya dengan melakukan ibadah kepada Tuhan belumlah cukup untuk menjadi kertas kosong tersebut. Ibadah vertikal (habluminallah) kepada Tuhan Yang Maha Esa itu penting, namun juga perlu dibarengi dengan ibadah horizontal (habluminannas), yaitu berbuat baik kepada sesama manusia, seperti bersikap sopan dan suka menolong, ikut kerja bakti, dan sebagainya.
Meminta maaf dan memberi maaf adalah salah satu dari habluminannas. Juga wujud dari kelapangan hati dan kerendahhatian
Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang membahas tentang keutamaan memberi maaf, di antaranya surat Al-A'Raf ayat 199 yang memiliki arti "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh".
Juga ada surat Ali Imran ayat 134 yang isinya menyarankan orang-orang untuk gemar bersedekah, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain.
Memaafkan dan memberi maaf memang tak perlu menunggu lebaran. Namun, akan lebih lengkap apabila pada hari yang fitri juga bermaaf-maafan karena siapa tahu ada pihak-pihak yang kita kecewakan tanpa kita ketahui selama ini.
Selamat hari raya Idul Fitri
Mohon maaf atas segala salah lisan dan salah perbuatan.