Siti menjalani hidupnya dengan penuh ketabahan. Raut wajahnya menunjukkan kelelahan fisik dan mentalnya. Hanya satu yang sebenarnya diharapkannya, suaminya mau kembali berbicara dengannya.
Dengan menggunakan format hitam putih dan dialog yang banyak menggunakan bahasa Jawa ngoko, film berjudul "Siti" ini terasa seperti film klasik dengan unsur kelokalan yang begitu kuat. Tak banyak dramatisasi panorama di dalam film ini kecuali gambar-gambar gumuk pasir yang lokasinya tak jauh dari rumah Siti. Gambar-gambar yang ditampilkan dalam film yang diproduseri Ifa Ifansyah ini lebih bersifat jujur dan realistis. Ia menggambarkan kehidupan masyarakat kelas bawah sekitar pantai Parangtritis Yogya apa adanya.