Dalam film yang dibesut Ifa Isfansyah ini dikisahkan desa tempat tinggal Srintil (Prisia Nasution), Dukuh Paruh, kemudian kedatangan seseorang yang mengaku akan membantu memajukan desa tersebut. Dukuh Paruh memang desa yang miskin, tanahnya gersang.
Seseorang itu berjanji akan membebaskan mereka dari kemiskinan. Ia meminta memasang sebuah papan di desa tersebut. Warga desa yang buta huruf pun setuju-setuju saja.
Di sisi lain Srintil makin populer sebagai penari ronggeng. Ia sering mendapat undangan menari di acara kesenian rakyat yang diadakan partai komunis.
Lalu gerakan 30S PKI itu menyeret desa tersebut. Desa itu kemudian diobrak-abrik oleh aparat yang menyebut mereka gerakan anti komunis. Warga desa pun ditangkap dan diinterogasi. Tak terkecuali Srintil.