Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Mengecat Rumah dan Mengelap Kaca Jelang Lebaran

19 Mei 2020   22:43 Diperbarui: 19 Mei 2020   23:09 691 4

Ada rejeki tambahan waktu itu. Oleh Ibu, uang itu kemudian digunakan untuk mengecat rumah. Tembok bagian luar dan juga pagar, tepatnya. Alhasil rumah nampak lebih fresh, siap menyambut lebaran.

Tidak setiap tahun rumah dicat. Hanya kalau ada dana lebih dan ketika dinding sudah nampak kusam. Biasanya yang menjadi perhatian utama untuk urusan cat-mengecat adalah dinding bagian luar rumah, juga ruang tamu, yang memang lebih cepat kusam.

Aku sendiri juga tak tahu kenapa momen mengecat rata-rata menjelang lebaran. Mungkin pas kebetulan Ibu ada dana bulan tersebut atau Ibu memang ingin rumah terlihat bersih dan fresh pada saat lebaran. Bisa jadi kedua-keduanya.

Tak hanya orang tua, tetangga kami rata-rata juga mengecat rumah jelang lebaran. Memang sih jadinya rumah-rumah di kampung kami jadi kelihatan berbeda pada saat kami berhalal bihalal ke rumah masing-masing tetangga.

Tradisi mengecat rumah jelang lebaran ini di sebagian kalangan masih dipelihara. Tetangga-tetangga di kompleks tempat tinggal juga tidak sedikit yang mengecat tembok dan pagarnya agar lebaran lebih semarak.

Sebenarnya bukan hanya rumah yang dicat. Mengecat hanya satu aktivitas dari proses bersih-bersih menjelang lebaran. Ini mirip dengan tradisi tahun baru, yakni tradisi bersih-bersih. Bedanya tradisi bersih-bersih pada jelang tahun baru dimaknai untuk buang sial, sedangkan tradisi bersih-bersih pada lebaran dapat dimaknai untuk menunjukkan lembaran baru kehidupan yang kembali suci dan bersih.

Ibu sendiri punya segudang pekerjaan untuk kegiatan bersih-bersih jelang lebaran ini. Selain mengecat rumah, Ibu meminta anak-anaknya untuk membantunya merapikan rumah, menata pot-pot dan tanaman di halaman mungil rumah, menguras kolam ikan - dulu kami punya kolam - mengepel loteng, mengelap pajangan di ruang tamu, dan mengelap kaca.

Uhum bagian terakhir inilah yang paling tidak kami sukai. Aku dan kakak tidak suka mengelap kaca. Alasannya rumah kami banyak sekali menggunakan komponen kaca, baik jendela maupun beberapa pintu di rumah.

Dulu Ibu bereksperimen membersihkan kaca dengan kertas koran basah dan kering. Setelah jendela dilap dengan kertas koran basah baru kemudian dilap dengan yang kering. Tapi lebih efektif jika sebelumnya kaca tersebut dilap dulu dengan kain kering.

Jika tidak berhati-hati maka serat-serat kertas koran itu akan menempel di kaca. Apabila itu terjadi maka bukannya bersih mengkilap malah kaca bakal buram dan kotor. Kejadian ini juga bisa terjadi apabila menggunakan lap dan cairan pembersih. Ada jenis-jenis kain tertentu yang seratnya mudah menempel di kaca.

Hompipah Mengelap Kaca

Aku dan kakak paling tidak suka mengelap jendela dan pintu ruang tamu. Areanya paling besar. Dan yang paling tidak nyaman ketika kami mendapat jatah mengelap di sisi luar. Aksi kami bakal terlihat oleh tetangga. Pernah ada celetukan yang bikin tidak nyaman. "Wah arep riyoyoan, diresiki kabeh" (Wah mau hari raya, dibersihkan semua). Memang benar sih celetukannya, tapi aku tidak nyaman mendengarnya.

Karena sama-sama enggan mengelap kaca di bagian luar maka kami suka hompipah dulu. Yang kalah yang mengelap di sisi luar.

Sama halnya dengan nasib kaca, kawannya, tirai juga ikut dilepas dan dicuci bersih. Ruang depan jadi serasa tembus pandang.

Biasanya nenekku juga minta pertolongan untuk bersih-bersih rumah ketika Beliau masih hidup. Setelah rumah beres baru kemudian membantu nenek yang rumahnya ada di sebelah rumah ibu. Biasanya nenek meminta tolong membersihkan wadah-wadah untuk kue hari raya.

Badan Juga Harus Bersih
Setelah rumah bersih dan rapi maka giliran badan untuk juga dijaga kebersihannya. Ibu meminta kami memotong kuku dan juga keramas. Biasanya kami keramas sehari sebelum hari raya.

Kami bergantian mandi keramas satu-persatu pada siang hari. Pasalnya hawa di Malang jaman itu dingin. Jika keramas sore hari tanpa air hangat maka bisa bikin bersin-bersin.

Apesnya jika ternyata lebaran berbeda tanggal dan masjid kami merayakan terlebih dahulu. Kami jadinya tidak sempat keramas khusus jelang lebaran. Entah kenapa rasanya ada sesuatu hal yang kurang.

Kebiasaan mengelap kaca dan keramas masih dipertahankan Ibu hingga saat ini. Jika mudik lebaran aku pun kembali jadi seperti anak-anak yang mengikuti tradisi bersih-bersih ala Ibu. Untungnya kini yang mengelap kaca bukan kami, melainkan para keponakan, cucu Ibu hehehe.




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun