Langit sudah gelap. Sebentar lagi matahari terbenam. Kutengok kedai bakmie mungil ini, pengunjungnya baru bertiga. Asyik, aku beruntung, aku tak perlu mengantri lama seperti biasanya.
Bakmie Jawa yang terletak di bilangan jalan Kalisari, Jakarta Timur ini memang laris. Terutama saat akhir pekan. Antriannya bisa bikin tidak tahan. Yang membuat lama adalah proses memasaknya, dimasak satu-persatu.
Aku masih menunggu satu kali proses memasak sebelum mendapatkan giliran. Bapak tersebut sedang memasak nasi goreng. Dari wangi bumbunya, aku merasa nasi gorengnya juga bakal sedap. Sayangnya aku masih sedikit batuk, masih dilarang untuk menyantap nasi goreng.
Aku memesan bakmie Jowo kuah alias rebus. Sebagai temannya adalah jeruk hangat.
Aneka bumbu ditumis hingga harum. Kemudian seingatku telur dulu yang masuk, diorak-arik, baru kemudian suwiran ayam, sayuran seperti rajangan kol, sawi hijau, dan tomat dan ditambahkan kuah yang nampaknya kaldu ayam.
Baru deh mienya dimasukkan. Mie jenis tebal. Mie ini dimasak hingga matang dan bumbunya meresap. Menariknya di sini ia tak banyak dibumbuhi kecap manis. Alhasil rasanya lebih dominan gurih dan segar berkat protein dan sayurannya.
Mie ini dihidangkan panas-panas dengam bertaburan banyak bawang merah goreng. Aku pun tergoda dan merasa lapar. Kuhirup kuahnya. Wah sedap. Aku menyendoknya perlahan-lahan, menyesapi kelezatan rasanya.
Sedang tak ada lagi pengunjung selain aku. Aku menyantapnya dengan santai dan suka cita. Jarang-jarang aku beruntung cepat mendapatkan pesanan dan bisa menyantapnya dengan santai.
Bakmie seporsi itu pun tak tersisa. Baru kemudian aku mengalihkan perhatian ke air jeruk hangat. Ah aku puas, kenyang, dan merasa segar.
Seporsi bakmie Jawa di Mie Jawa Mbak Yani dihargai Rp 18 ribu. Sulit disebut mahal karena porsinya lumayan besar dan rasanya juga enak. Jeruk hangat segelas cukup lima ribu rupiah. Aku pun kenyang dan hari ini tak perlu lagi memasak makan malam.