Siang itu aku sedang sibuk setrika. Dua kucing, induk dan anaknya mencoba menganggu konsentrasiku. Keduanya berkejar-kejaran di dekatku, membuat perasaanku campur aduk, antara kesal dan ingin tertawa. Apalagi ketika si induk terpleset, wajah kagetnya itu kocak.
Tak berhasil bikin aku mengalihkan perhatian dari urusan setrika, si induk yang bernama Mungil Ponoc pun kemudian memasang wajah jail. Ia mengincar kotak setrika. Hup, ia melompat dan mendarat sempurna di kardus setrika. Ia lalu mencoba untuk duduk nyaman. Hahaha tidak muat. Badannya kebesaran dan kotaknya kekecilan. Ia seperti kue bolu yang adonannya mengembang hahaha. Ia nampaknya senang berhasil membuatlu tertawa geli. Ia pun kemudian memintaku hadiah, seekor ikan goreng buat dirinya.
Si Mungil Ponoc ini seperti Nero, si kucing oren. Meskipun keduanya sudah dewasa, keduanya suka berbuat jail. Kadang-kadang memang mereka terlalu nakal, tapi lebih banyak ulahnya yang membuatku tertawa.
Si Nero ini suka menungguiku memasak. Ia termasuk yang tak sabaran. Ia pun memastikan aku memasak ikan yang benar. Ia pun berdiri dengan dua kakinya untuk melongok ke wajan. Jika aku ternyata memasak telur maka ia pun memasang wajah kesal. Ia pun kemudian mengintimidasiku agar aku segera memasak makanannya.