Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Momen Magis Itu

16 Agustus 2019   16:22 Diperbarui: 16 Agustus 2019   16:28 102 4
Aku membaca pesan-pesan yang masuk di hapeku. Kakakku mulai besok ada tugas ke luar kota hingga beberapa hari ke depan. Orang tua kemudian memberitahukan akan pulang ke rumah mereka di Malang. Wah aku bakal sendirian di rumah. Aku pun kemudian tersenyum lebar. Ada rencana ke depan.

Besok malam adalah bulan purnama. Waktunya pas. Besok aku juga sendirian. Aku bisa mengundang kawan-kawanku untuk berpesta.

Kawan-kawanku adalah hewan berkaki empat dan berkumis panjang. Ada Nero, Bon Bon, Bundel, Kidut, dan masih banyak lagi. Sebagian adalah hewan-hewan yang kupelihara dan selalu kuberi makan tapi tak diperbolehkan masuk ke rumah. Lainnya adalah kucing-kucing yang suka singgah ke halaman.

Usai pulang kerja, aku bertemu dengan Nero. Kubisikkan sesuatu kepadanya. Ia mengangguk-angguk. Matanya membelalak lebar. Si Kidut melonjak-lonjak senang dengan kabar tersebut.

Kucing-kucing lainnya kemudian sibuk membicarakan kabar tersebut. Mereka nampak gembira terlihat dari ekor mereka yang bergerak-gerak riang dan kumisnya yang berkedut-kedut.

Esok malam adalah hari yang istimewa. Aku telah menyiapkan ruangan kosong di ruang tengah dengan alas karpet yang empuk.

Di bagian sudut kuletakkan sepiring ikan goreng. Di tempat lain ada udang goreng juga ada kaldu daging sapi. Ada pula biskuit dan donat khusus. Minumannya ada susu istimewa dan air putih.

Hari mulai gelap. Aku berganti pakaian, menggunakan dress putih. Aku menunggu sinar bulan purnama itu semakin terang.

Tamu-tamuku telah tiba. Nero masuk terlebih dahulu. Ia nampak gagah dan tampan. Bulu orennya tersisir rapi dan bersinar.

Kemudian menyusul Kidut yang cantik dan lincah. Di belakangnya mengantri kucing-kucing lainnya.

Mereka kemudian duduk melingkar rapi di ruangan yang telah kutata. Menunggu sebuah peristiwa magis.

Sinar bulan purnama itu semakin terang. Sinarnya lalu menembus kaca jendela di ruang tengah.

Keajaiban pun terjadi. Kucing-kucing bersorak sorai.

Mereka yang awalnya melangkah dengan empat laki, kini bisa berdiri dengan dua kaki belakang. Dua kaki depannya bisa digunakan untuk menari atau mengambil makanan.

Waktunya berpesta.

Pesta bersama kucing-kucing itu berisik. Mereka suka makan dan mengobrol. Pada saat inilah aku bisa memahami dan mengobrol bersama mereka.

Nero asyik bercanda. Ia membuat gurauan yang konyol sehingga kucing-kucingnya tertawa bergemuruh.

Seekor kucing bernama Bon Bon nampak mulai limbung. Rupanya ia mabuk susu kucing. Ia mulai bertingkah konyol.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun