Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Film Anak Masih Terbatas Padahal Potensinya Besar

23 Juli 2019   09:13 Diperbarui: 23 Juli 2019   09:19 29 1
"Petualangan Sherina" dan "Laskar Pelangi" dua di antara film anak-anak yang sukses. Mereka menarik dari sisi cerita dan sekaligus memiliki pesan moral. Sayangnya jumlah film anak terbatas dan tipikal pada masa sekarang. Padahal potensi film anak dari sisi pemasaran dan kebutuhan itu besar.

Menonton film di bioskop saat ini masih menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan. Setiap akhir pekan bioskop-bioskop sarat penonton, baik yang datang sendiri, berpasangan maupun yang bersama-sama keluarga. Banyak di antara orang tua yang mengajak anaknya menonton, dengan melalaikan rating film tersebut.

Aku beberapa kali memperhatikan anak-anak yang 'terpaksa' ikut menemani orang tuanya menonton. Waktu itu aku menonton "Ninja Assasin" yang sarat adegan berdarah-darah. Pada saat adegannya pertarungan yang brutal beberapa anak balita menangis, bersahut-sahutan. Wajar sih, mereka takut. Aku saja memalingkan wajah karena juga tidak tahan.

Adapula yang mengajak putra-putrinya menonton horor dewasa. Hasilnya tak jauh beda. Mereka pun harus keluar lebih dulu karena anak-anak ketakutan. Bisa jadi malamnya mereka mimpi buruk.

Film-film superhero seperti Avengers dan X-Men juga sebenarnya bukan film anak-anak balita dan anak SD. Ya, di tengah-tengah film mereka bosan. Ada yang lompat-lompat di tangga di sela-sela bangku penonton. Ada pula yang merajuk.

Kasihan mereka. Anak-anak Indonesia masih kekurangan film anak-anak yang berkualitas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun