Kolak pisang dan es campur keduanya sama-sama manis. Ketika dua sajian manis tersebut disantap pada momen yang hampir bersamaan, para ahli nutrisi mungkin bakal komplain keras. Mereka akan beralasan kebanyakan gula akan berbahaya bagi tubuh manusia.
Pada hari biasa dan ketika usia tertentu, memang kebanyakan mengonsumsi gula akan berbahaya. Apalagi jika anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit diabetes.
Namun, metabolisme antar individu berbeda satu sama lain. Ada yang memerlukan gula karena aktivitasnya padat atau ia memiliki gula darah rendah. Seseorang yang mengalami tekanan darah rendah kadang-kadang juga disarankan oleh dokter untuk mengonsumsi makanan manis.
Oleh karena gula bagiku tidak selalu jahat, maka menurutku sah-sah saja untuk menyegarakan berbuka dengan sesuatu yang manis. Namun, tentunya hal ini tidak bisa disamaratakan ke setiap orang. Mereka yang memiliki riwayat gula tentu konsumsi gulanya harus dibatasi.
Sementara itu, ada sebagian masyarakat yang mengganti menu minuman manis dengan kurma. Menurutku boleh-boleh saja karena hal tersebut juga disarankan oleh Nabi Muhammad SAW.
Aku sendiri kurang suka akan rasa kurma, oleh karena kurma yang dijual di Indonesia umumnya sudah seperti manisan, agak lengket, dan rasanya begitu manis. Daripada kurma aku masih lebih suka akan buah lokal seperti pepaya dan nangka yang manisnya alami serta kaya akan kandungan vitamin dan mineral.
Benarkah Dianjurkan untuk Berbuka yang Manis?
Frase ini sering ditemui dan dikumandangkan di iklan sebuah sirup. Ketika kecil, Ibu lebih menyarankan untuk berbuka dengan cairan, entah manis atau tawar untuk mengembalikan cairan dalam tubuh yang hilang. Tapi menurutku tak ada yang salah untuk mengonsumsi yang manis pada saat berbuka untuk kalangan secara umum. Sebab, gula mengandung glukosa dan zat-zat lainnya yang bisa mengembalikan energi seseorang yang berkurang selama berpuasa.