Tulisan ini saya buat untuk menjawab pertanyaan beberapa rekan yang hendak berwisata ke kampung halaman saya di Malang. Ada beberapa yang menanyakan, apakah mereka bisa berwisata ke Pulau Sempu dalam sehari dan tidak perlu menginap. Dan, jawaban saya adalah bisa. Jelas bisa. Namun, cukup melelahkan dan membakar kalori.
Perjalanan ini saya lakukan saat cuaca sangat bersahabat di kota Malang. Sengaja saya tidak mengambil masa-masa berlibur karena benar-benar ingin menikmati suasana kota Malang jauh dari klakson dan mobil yang berjubelan menuju tempat wisata.
Kami bertiga berangkat kesiangan, yaitu pukul 08.30. Kami membawa sejumlah air mineral dan topi karena saya tahu bahwa treking di Pulau Sempu membutuhkan asupan air yang cukup agar tidak dehidrasi. Pulaunya juga tidak berpenghuni sehingga kami tidak bisa membeli air mineral di warung.
Perjalanan menuju Pulau Sempu cukup jauh. Kami menuju Malang bagian selatan. Di Malang bagian selatan ini selain Pulau Sempu, banyak destinasi menarik, seperti Pantai Balekambang dan Pantai Ngliyep, serta pantai-pantai selatan lainnya yang masih perawan.
Jalan menuju Pantai Sendang Biru yang menjadi titik tolak menuju pulau Sempu tersebut bergelombang naik turun. Udara terasa sejuk dan banyak truk yang membawa muatan tebu. Jalanannya cukup mulus, meski jalannya tidak begitu lebar sehingga kami harus berhati-hati bila berpapasan dengan mobil ke arah sebaliknya.
Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya kami pun tiba di pantai Sendang Biru. Entah mengapa tidak seperti yang saya baca di beberapa catatan perjalanan menuju pulau Sempu kami tidak membayar apa-apa lagi selain tiket masuk.
Setelah tawar-menawar, kami mendapatkan harga Rp 100 ribu untuk biaya naik perahu pulang pergi dan Rp 75 ribu untuk pemandu di pulau Sempu. Perahunya sebenarnya cukup untuk 10 orang, sehingga kami berasa eksklusif menaiki perahu yang cukup besar ini.
Kata si pemandu, treking lebih nyaman dengan sepatu kets dan celana panjang karena banyakkerikil atau ranting-ranting pohon yang bisa menggores-gores kaki. Dan memang, selama perjalanan banyak halangan yang menyambut kami ketika melangkah. Terkadang kami melompat, setengah merangkak, dan ketika saya lengah, kepala saya terantuk batang pohon yang jatuh. Dukkk... teman saya menertawakan saya.
Si pemandu mengatakan jarak menuju Segara Anakan sebenarnya tidak begitu jauh, tidak sampai 5 kilometer. Namun, karena medannya agak sulit, perjalanan bisa dicapai 1,5 – 3 jam perjalanan, tergantung berapa sering kami beristirahat. Saya melongo mendengar keterangan itu. Busyet lumayan juga nih jalan. Pulang pergi bisa enam jam sendiri jika kami tidak berjalan cepat. Dan malam hari bukan waktu terbaik untuk berjalan kaki di hutan.
Semangat saya semakin pudar melihat beberapa grup yang hendak pulang dari arah sebaliknya. Mereka semua berwajah kuyu. Apalagi yang membawa galon air minum. Busyet untuk jalan dengan tidak membawa beban berat saja sudah susah apalagi membawa galon ckckck. Namun di sini memang tidak ada air tawar sehingga bagi yang camping di sini disyaratkan untuk membawa air minum sendiri. Ada sih jasa untuk membawakan barang, dengan membayar Rp 150 ribu.
Namun, semangat saya mulai tumbuh melihat rombongan ibu-ibu paruh baya. Wah wah wah ibu ini tidak menggerutu ketika harus menunduk menghindari ranting bahkan tertawa-tawa. Wah masak saya kalah dengan ibu-ibu.
Sebenarnya treking di Pulau Sempu bisa dilakukan sendiri tanpa pemandu asalkan sudah pernah ke sini. Namun, jika belum pernah lebih baik menggunakan pemandu. Pasalnya banyak kejadian wisatawan berputar-putar alias tersesat. Ada juga yang tersesat selama tiga hari karena terpisah dari rombongan.
Medan paling berat di sini adalah menyusuri tebing. Jalanannya sangat sempit dan harus berhati-hati agar tidak jatuh dari tebing. Namun, dari sini pantai sudah terlihat dan debur ombak semakin terdengar jelas. Kita harus ekstra hati-hati bila berpapasan dengan rombongan dari arah sebaliknya. Tubuh saya menempel erat di tebing dan mempersilakan rombongan lain untuk menggunakan jalan. Perjalanan di medan sulit ini tidak lama, sekitar 15 menit. Jadi, saya berhasil tiba di pantai Segara Anakan dalam kurun waktu tidak lebih dari 1,5 jam. Yippie.
Pantai Sendang Biru. Dan mungkin karena sudah mengenal medan, perjalanan pulang hampir tepat satu jam, dan sekitar pukul 15.00 kami sudah berada di pantai Sendang Biru untuk mengisi perut.
Kami tiba di kota Malang sekitar pukul 18.00. Jadi sekitar 9,5 jam kami berwisata ke pulau Sempu dan sebagian besar dihabiskan di perjalanan. Dan jawabannya bisa kan untuk berwisata sehari tanpa menginap di Pulau Sempu. Memang lebih cepat bila membawa kendaraan pribadi atau menyewa mobil. Di stasiun Kota Baru banyak jasa menyewakan mobil dari harga Rp 200 ribu. Jika digunakan untuk 6-7 orang, maka per orang hanya membayar Rp 30-35 ribu. Dan apabila lebih memilih kendaraan umum biasanya bisa ditekan hingga sekitar belasan ribu, namun waktunya akan lebih lama karena kendaraan menuju Pantai Sendang Biru tidak banyak, dan harus menunggu hingga penuh. Biaya naik perahu Rp 100 ribu PP, jika patungan ber-6 atau ber-7, maka perorang membayar Rp 15-20 orang. Masih lumayan murah, yaitu tidak sampai Rp 100 ribu untuk berwisata ke pulau Sempu beramai-ramai.