Sifat kasih sayang inilah satu satunya aspek dari cahaya yang kita miliki itu. Kita harus menyadari bahwa cinta yang penuh kasih itu merupakan percikan sinar cinta Tuhan yang tak terbatas dan secara tidak langsung kita memiliki sifat cinta kasih itu, dengan cahayanya yang terang benderang.
Tindakan untuk menunjukkan rasa kasih sayang itu merupakan percikan dari cahaya tersebut, kasih dan kearifan yang ada di dalam diri kita seperti halnya cinta kasih Tuhan yang ada didalam diri kita. Akan tetapi cinta yang kita miliki biasanya cenderung memperlihatkan sikap yang egois, cinta untuk sebuah alasan pribadi karena alasan kepentingan diri sendiri, lalu cinta macam apakah itu? "Cinta yang egois, tidak penting apa yang kita cintai,jika kita memeriksa cinta itu secara akurat maka kita akan menemukan sebuah alasan yang bersifat egois, seolah olah kita mengharapkan sebuah imbalan".
Bahkan ketika kita memegang teguh sebuah agama, doktrin, prasangka rasial, atau apapun itu jika kita memeriksa perasaan kita sendiri secara seksama maka kita akan selalu menemukan adanya suatu alasan di balik perasaan perasaan tersebut, lebih tepatnya kepentingan untuk diri sendiri, lalu apakah cinta semacam itu menguntungkan?
Tentu tidak, ia tidak menguntungkan kita, justru itu hanya akan memupuk rasa egois dalam diri kita, apapun yang kita cintai itu jika diarahkan kepada sesuatu maka cinta tersebut akan hilang bahkan binasa, karena cinta itu bukanlah cinta batin yang intrinsik seperti keharuman yang menyatu dengan sebuah bunga.
Jadi, rasa cinta yang dikembangkan dalam diri kita bila masih memiliki unsur unsur atau motif untuk kepentingan diri sendiri maka akan berakhir, cepat atau lambat ia akan rusak, maka tiada guna bila cinta itu dihubungkan dengan Tuhan, tiada guna bila dihubungkan dengan kebenaran, dihubungkan dengan kasih sayang, dihubungkan dengan keadilan, kemungkinan baginya adalah rusak dan binasa ...