Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Pesan Cinta kak Zoya #4

23 Januari 2011   18:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:15 173 1
*************** Jakarta, 13 Desember 2008 **************** Malika duduk manis dikursi ruang tamu, sibuk mengutak - utik Hpnya sedari tadi. Ia tinggal menunggu tyas menjemputnya. Sore itu malika mengenakan jeans abu - abu, dipadukan dengan bluse putih selutut, rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai rapih dan poninya yang sudah mulai panjang ia jepit kebelakang dengan penjepit rambut. Sederhana namun tetap manampakkan keanggunan seperti biasanya. "Tyas belum jemput ya ?" tanya bunda yang kini sudah mengambil posisi tepat disebelah kiri malika. "Iya neh bunda, tadi pagi aja bilangnya gak mau lama nunggu aku, ternyata malah aku yang lama nunggu dia" protes malika. Bunda hanya tersenyum sambil mengelus halus pundak malika. "Kamu gak kasih tahu kakak kamu dulu ?". "Nanti aja bunda, kalo tyas udah pasti pake WO-nya kak wira baru aku bilang sama kak zoya" jawab malika. "Teeetttt.... teeeetttt....". Terdengar bunyi klakson dari luar rumah malika. "Tuh, jemputan kamu udah dateng" ucap bunda. Malika segera bangkit diikuti bunda yang juga beranjak dari duduknya. Mereka berjalan beriringan keluar rumah. Setelah sampai didepan rumah, malika mencium lembut tangan bunda seraya berpamitan. "Hati - hati ya sayang" pesan bunda. Malika berjalan bergegas menuju sedan hitam yang dikemudikan tyas. Setelah malika masuk dan duduk disampingnya, tyas segera melajukan mobilnya sambil melambaikan tangannya ke arah bunda malika yang masih berdiri di depan rumahnya. Tyas hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di cafe yang disepakati olehnya dan wira untuk bertemu. Mereka bergegas masuk ke dalam cafe, karena khawatir membuat wira menunggu lama. Sesampainya didalam cafe, semua bagian cafe ditelusuri satu persatu, mencari sosok pria bernama wira. "Kamu yakin janjian disini ?" tanya malika agak ragu, karena sudah semua bagian cafe mereka telusuri tapi wira belum tampak juga. "Iya kok, yakin... tapi kak wira pake baju apa ya?" tyas bingung sendiri, menyadari dirinya dan malika tidak mengetahui rupa wira dan tidak tahu warna baju yang dikenakan wira. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil posisi duduk disalah satu sudut bagian dalam cafe yang menghadap ke arah pintu, berharap bisa melihat siapa saja yang masuk dan keluar cafe. "Arya...." ucap malika perlahan, tapi tetap dapat didengar tyas. "Arya???" tyas menolehkan pandangannya mengikuti arah pandang malika. Benarkah itu Arya ? pria yang belakangan dekat dengan sahabatnya. Perlahan semakin tampak jelas sosok pria itu, tak heran malika bisa jatuh hati dan terpesona, karena pancaran pesonanya memang terlihat jelas. Tak ragu, malika segera melambaikan tangannya begitu menanagkap pandangan pria itu ke arahnya. "Ada disini juga Ya?" tanya malika setelah arya berdiri dihadapannya, tak bisa berkutik. "Iya, ada janji ketemuan sama calon klien" jawab arya. Malika segera memperkenalkan arya pada tyas yang sedari tadi sudah tersenyum penuh arti kearahnya. Ada ketakutan dan kegugupan yang terpancar dari sikap arya sore itu, tapi malika tak dapat menangkapnya. Perbincangan berlanjut dengan akrab. Tapi sudah sepuluh menit berlalu, sosok wira masih belum tampak juga. "Kok masih belum dateng juga ya lika?" gusar mulai tampak dari raut wajah tyas. "Coba kamu telpon lagi aja tyas" saran malika. Tyas kembali menekan beberapa tombol ponselnya, kemudian meletakkan ponselnya ditelinganya. Tiba - tiba terdengar alunan merdu melodi piano dari arah arya. Malika dan tyas tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari sosok arya. Arya mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. "Tyas..." arya membaca pelan tulisan yang tampak dilayar ponselnya, tapi tetap bisa terbaca dari gerak bibirnya. Arya mengangkat telpon dari tyas, tapi pandangannya lekat ke wajah malika. "Kak wira...." ucap tyas setelah mengetahui telponnya diangkat. ********************************************************* Dirumah malika. Telpon yang diletakkan di ruang tamu tak henti berdering. Bunda yang berada di halaman belakang bergegas mengangkat telpon itu. "Ada apa sayang ?" tanya bunda setelah mengetahui bahwa yang menelpon adalah anak sulungnya. "Malika ada bunda, aku mau ngomong sebentar, dari tadi HPnya aku telpon tapi gak diangkat" ucap zoya mengutarakan maksudnya. "Pergi nemenin tyas, katanya mau ketemuan sama wira, tyas rencananya mau pake jasa WOnya wira buat acara nikahannya" jelas bunda. "deg... deg...deg....". Zoya merasakan debaran jantungnya tiba - tiba lebih cepat. Ia segera  mengakhiri perbincangannya dengan bunda, kemudian menelpon wira. "Hallo, malika ada sama kamu ?" tanya zoya begitu telponnya diangkat oleh wira. "Dia ada didepanku sama tyas" jawab wira kemudian. Seketika itupula air mata zoya tumpah, tak terbayang sama sekali perasaan malika saat ini. *************************************************** Di cafe tempat pertemuan tyas, malika dan wira. Tyas menggenggam erat tangan malika yang ada disebelahnya, berusaha menguatkan sahabatnya walaupun akan terasa sulit. Sore itu hanya tyas yang terlihat aktif berbicara dengan arya, maksudnya wira. Sementara malika lebih banyak diam sambil terus menundukkan pandangannya, tapi sesekali ia menatap kearah wira. "Nanti malika yang akan ngurus semuanya kak, dia penanggung jawab acara ini" jelas tyas. "Iya kak" pelan malika menjawab sambil menatap kearah wira. Ia tak lagi menundukkan pandangannya. Rupanya genggaman tangan tyas ampuh membuatnya kuat. Tak pernah terbayang akan mengetahui hal ini sebelumnya, yang ada difikiran malika saat ini adalah zoya. Kenapa wira melakukan semua ini padanya? kenapa ia harus memperkenalkan diri dengan nama arya? bagaimana perasaan zoya kalau sampai tahu perbuatan wira? Apa rencananya yang sebenarnya? Seribu satu pertanyaan dan perasaan bergelayut di benaknya, belum mampu ia jawab.... Tulisan sebelumnya : 1. Pesan cinta kak zoya. 2. Pesan cinta kak zoya 2 3. Pesan cinta kak zoya 3

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun