Didekapnya bantal berwarna ungu. Dia belum bangun dari tempat tidurnya, walau ini hari terakhir. Pagi nan sejuk ditingkahi hujan yang cukup deras, menambah rasa enggan melepas aelimut yang melilit di tubuhnya.
Cerita tentang perjalanan selama setahun baginya tidak lebih dan juga tidak kurang dari tahun-tahun sebelumnya. Yaah, selama dua puluh tahun ia mengenal dan merasakan ada pergantian tahun, baginya selalu mengular begitu saja.
Catatan harian yang tergores dalam pikirannya, selain manusia sepertinya terlihat begitu damai, indah dan bahagia. Mereka terlihat tak terjebak dalam putaran waktu.
Hujan pagi ini, sesungguhnya menjadi pelajaran yang amat berharga. Mengapa ia harus hadir di tengah orang-orang merindukan suasana terang benderang?
Lihat saja pepohonan. Dikala musim panas, terlihat seperti dalam buaian kedamaian walau daun-daun dan bahkan batangnya rontok menyapu tanah.
Juga halnya burung-burung. Mereka tetap menyuarakan siulan saling bersahutan menghimur isi alam ini.
Tapi manusia. Mengapa begitu sibuk untuk kehidupannya? Apakah dia akan menjadi bagian dari kehidupan yang mengalir apa adanya, atau terlalu sering melawan takdir?