DN Sarjana
Entah mengapa, setiap kali berpapasan dengan perempuan itu, rasa muak mengalir dalam pikiran Dion. Mungkin karena perempuan itu atasannya dan seringkali memarahi Dion saat bekerja?
Hari ini rasa itu muncul kembali. Entah sudah takdir, ketika Dion bersiap mengepel lobi hotel yang sedikit licin kena air hujan, perempuan itu melintas di depannya. Matanya nanar mengawasi. "Tuuh..., akan ada apa lagi untukku?" Pikir Dion.
Dion terus saja melakukan pekerjaan. Mengepel sekering-keringnya. Kali ini dia tak ingin kena semprot oleh perempuan itu. "Jujur, dia perempuan cantik, energik dan punya wibawa. Pantaslah dapat jabatan," Dion berkata dalam hati.
Beda dengan diriku. Hanya cs alias clearning servis. Orang sih bilang aku tampan. Tapi buktinya tiga tahun sudah aku tetap di posisi pekerjaan ini. Keluh Dion.
*****
"Dion, hari ini kamu harus menghadap ibu manajer." Pesan singkat di wa datang dari supervisor atasan Dion. Hatinya deg-degan. Ada apa denganku? Apa nasibku akan tamat?
Malam itu Dion tidak bisa tidur. Dion lebih banyak memikirkan nasib sial akan menimpanya. Ia sadar selama ini paling sering dimarahi oleh ibu manajer personalia. Dion tidak habis pikir. Mengapa dia sial banget.
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Dion berusaha memejamkan matanya. Mungkin karena lelah dan ngantuk dia tertidur pulas.
Pagi sudah menunjukkan pukul 07.10 menit. "Aduuh, aku bisa terlambat." Dion bergegas bersihkan badan seadanya. Dia cepat-cepat berpakaian. Sampai di hotel pas pukul 08.05. Dion terlambat 5 menit.
Diantar petugas scurity, Dion langsung menghadap ibu. Namanya Nency.
"Mohon ijin ibu, selamat pagi." Dion melangkah dua kali. Ia tetap berdiri, sebelum dipersilahkan duduk.
"Silahkan duduk." Kata ibu Nency dengan suara lembut, tapi terkesan tegas.
"Bener namamu Dion?" Kamu bekerja di sini dengan menyembunyikan identitasmu? Coba jawab yang jujur." Kata ibu Nency.
Dion merasa bingung. Darimana harus menjawab? Mengapa ibu Nency tahu diriku? Dia dapat informasi dari siapa?
"Maaf bu, apa hubungannya dengan pekerjaanku?"
"Dion, setiap bawahanku harus jelas identitasnya. Ini perusahan besar. Tidak boleh ada staf yang mencemarkan nama perusahan!"
"Apa Dion pernah melakukan kesalahan?"
"Setiap orang pasti pernah salah. Cuman tergantung besar kecilnya. Begini saja. Kamu ingat-ingat masa lalu ya. Mungkin beberapa hari lagi ibu akan suruh kamu menghadap. Sekarang silahkan keluar."
Dion mengangguk, kemudian permisi keluar. Hari itu dia melaksanakan tugas. Namun pikirannya diaelimuti pertanyaan ibu Nency. Ada apa? Pikirnya.
*****
Sambil mengingat-ingat Dion mulai menceritakan sedikit kehidupannya. Ketika kelas  2 SMP, ayahnya bercerai dengan ibu. Konon ayah memiliki tabiat yang tidak sesuai dengan kepribadian ibu. Ayah suka berjudi. Yang lebih parah ayah meninggalkan ibu sendirian. Ayah lepincut dengan perempuan lain.
Jadilah Dion hidup dengan ibunya. Karena harus menghidupi keluarga, ibu terus merantau cari kerja ke Bali sesuai dengan keahliannya di bidang pariwisata.
Mulai saat itu aku dibesarkan oleh nenek dan kakek. Kakek dan nenek pernah bilang ibu kerja di Bali. Selama ini biaya hidup keluarga dikirimi oleh ibu.