Sekalian aku duduk di sini
beratap awan hitam bermandikan embun dan aku tetap termangu seperti pertapa merenung menanti satu kata perjanjian bidadari menurut tenung asmara yang terlontar dari wicara musim semi dulu
Sekalian aku jelajahi pelataran taman kota sorotan lampu merkuri mempermalukan wajah gelisahku yang tak bisa sembunyi sementara laron laron seperti berdansa meluapkan kegembiraan
Sampai pukul sembilan malam tersisa dua sigaret yang sengaja kubawa tuk tunjukkan kejantanan ternyata sia sia hanya menambah kepalaku memendam gelisah atas kesetiaan berbalut kebohongan
Mengapa kau lupakan malam ini malam perjamuan yang dimimpikan begitu indah ternyata hanya harapan gelap segelap bayang dirimu