"Mengapa kau datang lagi. Bukankah keputusanmu menjauh dariku sudah kau pikirkan dengan jernih?"
Begitulah kata penyambut dari Nancy ketika Rino mendatanginya secara tiba-tiba di rumah kosnya. Rino merasa tersiksa seminggu dalam kesendirian. Saat itu ia tidak ada pilihan lain kecuali memutuskan cintanya kepada Nancy.
Lelaki mana yang tidak cemburu, tidak marah ketika melihat pacarnya terlihat mesra dihadapan laki-laki lain. Apapun alasannya. Mestinya dia harus memberitahu. Dia kan perempuan. Lelakilah pengendali. Bukan perempuan. Pikir Rino saat itu. Syukur aku tidak melakukan kekerasan.
Amarah Rino memuncak. Dia merasa harus segera menjauh dari pada melakukan kekerasan. Pikiran Rino begitu kalut dibalut amarah dan cemburu. Rino tinggalkan Nancy walau Nancy mengejarnya dan ingin mengatakan sesuatu.
Ternyata seminggu telah berlalu, sepi itu sangat menyiksa. Beberapa kali Nancy kirim whatshaap dan juga menelpon Rino mengabaikan. Ternyata sekarang baru terasa. Rino baru memikirkan tindakannya keliru.
Rino tanpa pesan mendatangi tempat kos Nancy. Walau Rino sadar bahwa dalam minggu ini sedang berlangsung tentamen di kampus. Rino sangat merindukan Nancy.
Setelah menaruh motornya, Rino memanggil Nancy dari luar pagar. Rino merasa malu langsung masuk ke dalam.
"Cari siapa mas?" Seorang perempuan menengok dari balik pintu pagar.
"Aku mau ketemu Nancy. Apa dia ada?" Jawabku sambil menyimpan malu.
" o, ada. Aku bilang Mas siapa? Kemarin sih Nancy sempat sakit."
"Bilang aku Rino."
"Tunggu sebentar ya."
Rino mengangguk. Dalam hatinya Rino merasal menyesal. Menyesal karena keputusannya yang sesat. Tak lama perempuan itu hadir.
"Mas, Nancy bilang ia tidak bisa diganggu. Ia memang masih lemah. Baru saja aku berikan obat. Kepalanya masih pusing."
"O ya. Kalau begitu aku permisi. Sampaikan salam ku pada Nancy."
Langkah Rino terasa melayang. Arahnya menjadi gelap. Mengapa ini harus terjadi. Semua memang karena emosiku. Rino mengambil motor dan melarikannya cukup kencang. Sampai di rumah, Rino merebahkan tubuhnya. Tiba-tiba hp nya berbunyi. Dilihatnya ada pesan whatshaap masuk. Dilihatnya ternyata pesan dari Nancy.
"Mas Rino maafkan aku tadi tidak bisa menerimamu. Disamping aku benar sakit, tapi aku jauh lebih memendam sakit dalam hati. Begitu mudahnya kau menjatuhkan martabatku dihadapan lelaki lain. Mestinya kau berpikir lebih dewasa, seperti yang ku duga."
"Ternyata kamu tak lebih dari anak kecil bersikap. Sekedar kamu ketahui, lelaki itu adalah pamanku yang mendapat pelatihan di kota ini. Kebetulan dia baru menjabat sebagai manajer diperusahan. Dia sangat menyesali caramu. Sampai-sampai aku dibilang salah menjatuhkan pilihan."
"Tapi aku tetap katakan kamu yang terbaik. Aku tetap mencintaimu. Tapi kali ini, biarkan aku sendiri dulu. Rino belajarlah lebih dewasa. Aku selalu menantimu."
Rino merunduk membaca tulisan Nancy. Dia betul-betul merasa bersalah. Dipeluknya bantal sambil membayangkan Nancy dalam lelap tidurnya.