DN Sarjana
"Kau sudah siap Cindy? Kita turun ke loby. Mobil hotel stan bay mengantar kita ke air port". Suara mamanya lewat telpon kamar hotel. Cindy bergegas mengambil tas gendongnya. Barang yang lain sudah diambil oleh staf hotel. Tidak sempat duduk di loby, taxi hotel sudah menjemput. Barang bawaan semua sudah naik ke mobil.
"Lukisanmu sudah kebawa?".
Pertanyaan Mama seperti menggores luka di hatiku. Adakah mama tahu bahwa aku jatuh cinta dengan pelukisnya? Dada Cindy terasa enek.
"Sudah Ma".
"Kau menyukainya?"
"Pastilah Ma. Lukisannya bagus".
Mama tersenyum. Mama berjanji lain kali mengajakku lagi. Perasaanku nelangsa. Semoga sekalian hadir merestui hubunganku dengan Mas Putu, pikir Cindy.
Kendaraan sudah memasuki shortcut Ngurah Rai. Tidak lama taxi yang mereka tumpangi masuk di parkiran. Rombongan berjalan menuju pintu boarding. Cindy memandangi lukisan di sepanjang lorong. Dia membayangkan pelukisnya seperti Putu sendirian sedang melukis. Di boarding pass, pesawat yang mereka tumpangi akan take of pukul 20.00 wita lewat gate 5. Masih tersisa waktu 40 menit untuk istirahat. Cindy memanfaatkan waktu menghubungi Putu lewat whatshap vidio. Tampak Putu kelihatan belepotan dengan cat warna.
"Hai sayang. Aku sudah di airport. Belom mandi ya?"
"Males Cin. Aku menuntaskan sketsa dulu. Biar tidak hilang dalam ingatan". Putu membalas sambil mengepulkan asap rokoknya.
Cindy melepas senyumnya, walau berpisah menyisakan sunyi yang dalam.
"Lukisan siapa sih? Mandi dulu sayang. And dikitin merokok. Ntar kamu sakit".
"Biasa ada pesanan. Makasi perhatiannya Cindy".
Sampai disitu panggilan keberangkatan tujuan Jakarta sudah dipersilahkan naik ke pesawat.
"Sayang, aku naik pesawat dulu. Sudah ada panggilan. Aku janji akan segera ke Bali".
"Ya, say. Jaga diri baik-baik". Putu melambaikan tangannya.
Sambil melepas kecupan walau lewat layar hp, Cindy memutus vidio call. Dia bergegas naik ke pesawat. Berat memang langkah yang dirasa. Deru dan getar pesawat terasa saat tinggal landas. Cindy melepas doa. Dapat sheet dipinggir pintu darurat, Cindy memandang keluar. Langit biru diiringi awan berarak, sepertinya memberi isyarat tentang biru hati Cindy saat ini. Dilihatnya ke bawah. Silau riak air laut dan hijau tumbuhan masih terlihat. Melintas dalam ingatannya Tanah Lot, pantai Kuta telah membuat hatinya tumbuh mekar. Akankah terulang lagi.