“gue bangga jadi orang Indonesia. Gue lahir, makan, dan minum di negeri ini. Siapa mau nyela Indonesia, perang sama gue!” Begitu kira-kira kata-kata yang keluar dari mulut seorang pemuda gendut bernama Ian.
“Negeri ini indah banget. Bantu kami menjaganya Ya Tuhan...” Ini kata-kata yang keluar dari seorang pemuda, teman Ian bernama Zafran.
Mereka berdua serta keempat sahabatnya sedang menikmati pemandangan indah yang terbentang di luar. Mereka sangat menikmatinya dari dalam gerbong kereta api menuju stasiun Malang, Jawa Timur. Sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Malang, melewati hamparan luas hijaunya alam Indonesia. Jarang-jarang Ian dan kawan-kawan melihat pemandangan seindah itu, yang bagi warga setempat adalah biasa. Hiruk-pikuk Jakarta membuat mereka terkejut melihat masih adanya sawah di pulau Jawa.
Tidak hanya sawah di pulau ini. Gunung-gunung di pulau Jawa juga masih banyak yang aktif. Lautan, masih banyak yang bersih. Udara, masih banyak yang segar. Inilah Indonesia yang mereka dapatkan sewaktu perjalanan ke Malang. Ke Malang? Apa yang mereka cari di Malang? Rupanya mereka ber-enam akan melakukan ekspedisi pendakian ke puncak tertinggi Jawa, puncak gunung Semeru. Dan dari sinilah perjalanan mereka dimulai.
Keenam sahabat itu, Genta, Zafran, Arial, Riani, Ian, dan Arinda adalah enam tokoh yang ada dalam film 5 cm, adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Donny Dhirgantoro. Film 5 cm disutradarai oleh Rizal Mantovani, dan diproduseri oleh Sunil Soraya. Film dengan alur cerita yang hampir sama dengan novelnya ini resmi diputar pada 12 Desember 2012 atau 12-12-12 lalu, dan di hari ke-8 pemutarannya ini masih sangat diminati oleh para penonton.
Saya baru saja menonton film 5 cm ini bersama 3 teman saya di Studio 21 Ambarukmo Plaza. Antrian tiket siang hari tadi berhasil ditembus oleh teman saya, Adam. Sebelumnya pada tanggal 13 Desember 2012 dia sempat antri tiket tapi kehabisan. Beruntung, hasil mengatrinya siang tadi berhasil membawa tiket kursi paling belakang yang sangat pas untuk nonton. Malam harinya, setelah maghrib kami bergegas menuju lokasi.
Sampai di lokasi, Adam yang bawa tiket itu belum datang ternyata. Saya kira saya yang terlambat, ternyata dia juga belum datang. Sekitar 5 menit kemudian Adam datang dengan berlari, sudah sangat terlambat kami masuk bioskop. Film pun terus berjalan sesuai alur ceritanya. Diawali dengan cerita kelima sahabat (Genta, Zafran, Arial, Riani, dan Ian) yang bersahabat sudah 10 tahun lamanya. Mereka kemudian merasakan titik jenuh dari sebuah persahabatan. Mereka memutuskan untuk tidak berkomunikasi selama 3bulan, dan akan bertemu kembali pada tanggal 14 Agustus.
Pada tanggal 14 Agustus mereka bertemu di stasiun kereta api Pasar Senen Jakarta untuk naik kereta api menuju Malang, Jawa Timur. Sampai di Malang, mereka ber-6 ketambahan satu orang, adiknya Arial, Arinda namanya bergegas menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Petualangan dimulai. Rizal Mantovani cukup luwes menuangkan alur cerita adaptasi dari novel aslinya ke dalam film. Jika dibandingkan dengan film Negeri 5 Menara yang juga diadaptasi dari novel dengan judul yang sama itu, film 5 cm lebih baik dan lancar alurnya. Sementara film Negeri 5 Menara terkesan terburu-buru ingin menampilkan semua alur yang waktu aslinya sangat panjang ke dalam film berdurasi 2 jam. Berbeda dengan film 5 cm ini. Rizal Mantovani memotong separuh awal novel 5 cm, langsung masuk pada titik jenuh, sehingga dalam waktu sekitar 2 jam, film ini mampu menampilkan bagian-bagian penting dan menarik dari novelnya.
Film 5 cm ini pada awalnya seperti sebuah sinetron, hanya saja gaya sinetronnya lain. Ditambah lagi dengan sentuhan kolaborasi antara film dan teks di layar yang menceritakan tokoh Zafran sedang chatting. Ini cukup menarik dalam menghemat durasi film tanpa mengurangi esensi menarik dari chatting tersebut. Selain itu, bumbu-bumbu humor dan romantika film ini cukup terasa. Penataan kamera, angle kamera juga sangat baik. Teknik pengambilan cukup dinamis sehingga tidak membosankan. Sayangnya, tokoh Genta yang diperankan oleh Fedi Nuril kurang maksimal dalam aktingnya. Fedi Nuril terkesan kurang menguasai karakter tokoh Genta dalam novel 5 cm. Ian yang diperankan oleh Igor Saykoji cukup baik dalam membawakan karakter Ian. Begitu juga tokoh yang lain, Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah), Arinda (Pevita Pearce), dan Arial (Denny Sumargo), cukup baik dalam membawakan karakter tokoh dalam novel aslinya.
Pada novel aslinya, mereka ber-6 mendaki sampai ke puncak gunung Semeru pada 17 Agustus, dan mengikuti upacara bendera 17-an di sana. Dalam film 5 cm ini, lagi-lagi saya apresiasi sutradara Rizal Mantovani dan kru dapat memvisualisasikan dengan sangat baik adegan pendakian di gunung Semeru. Syutingnya pun melibatkan sekitar 200 porter karena medan yang cukup sulit untuk proses syuting film. Sayangnya, ada sedikit bocor kalau saya katakan, pada scene pengambilan gambar dari udara. Ketika sekelompok sahabat itu terus berjalan di tengah sabana, terlihat lahan yang membentuk huruf “H” yang tidak lain merupakan landasan helikopter kru film. Juga ketika pengambilan pemandangan gunung Semeru dari udara, bayangan helikopter terlihat meskipun kecil. Namun hal itu tidak mengurangi kualitas sinematografi film ini menurut saya.
Di akhir film, Rizal dan kru mampu memanfaatkan sisa durasi untuk memasukkan scene pertemuan kembali sekelompok sahabat itu ketika sudah berkeluarga dan punya anak. Terlepas dari kekurangan yang ada di film 5 cm ini, film ini sangat bagus dan mengandung pesan moral yang banyak. Diantaranya adalah nasionalisme, spiritual, persahabatan, cinta, pengorbanan, dan keyakinan. Lewat film ini, kekayaan alam Indonesia dibuka sangat luas, sehingga penonton ikut terpukau dengan keindahan alam Indonesia. Ini juga menjadi refreshing bagi penonton setelah pikirannya dipenuhi dengan carut-marut negeri ini, cacian untuk negeri ini, dan cap buruk untuk Indonesia. Tapi 5 cm menghargai Indonesia, mencintai tanah air Indonesia, dan akan terus menjaga Indonesia.
Menghargai Indonesia, adalah sebuah pilihan...
Jogja, 19 Desember 2012