Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Apakah Demokrat Layak Pimpin Koalisi...?

15 April 2014   16:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 91 1
Ada yang  menarik dalam pemilu 2014. Terbukti tidak ada partai dominan di pemilu legislatif. Tidak ada pemenang pemilu yang bisa mengajukan capres sendirian. Dengan demikian partai-partai harus berkoalisi. Menarik untuk kita lihat, bagaimana konfigurasi koalisi yang terjadi. Ada pertanyaan menarik, apakah Demokrat perlu membuat koalisi baru? Jawabannya, menurut saya,  adalah perlu.  Ini alasannya.

Sesuai hasil hitung cepat, ada beberapa kelompok partai pasca pemilu. Hanya sedikit partai yang bisa membentuk dan memimpin koalisi.  PDIP hanya mendulang suara sekitar 19 persen. Golkar sekitar 15 persen.  Gerindra 11 persen. Demokrat sekitar 10 persen. PKB seputar 9 persen.  Selebihnya partai di bawah 10 persen seperti PAN, PPP, Nasdem dan Hanura.

Melihat calon presiden yang sudah resmi mendklarasikan diri,  hanya Jokowi yang sedikit menonjol. Jokowi  unggul dalam survei, tapi cenderung  makin menurun. Belakangan kekuatan elektabilitas Jokowi  hanya 30 persen masih butuh 21 persen suara untuk menang. Prabowo makin meningkat  tapi belum sampai 20 persen elektabilitasnya. Dia masih butuh di atas 31 persen suara. Aburizal Bakrie tidak beranjak hanya sekitar 12  persen. Masih butuh suara sangat banyak.

Harusnya, masih bisa muncul satu pasangan lagi. Demokrat bisa memimpin koalisi untuk memunculkan nama baru. Syaratnya bisa menggandeng partai lain khususnya yang pernah satu koalisi seperti PAN, PKB, PPP atau PKS untuk mencapai  25 persen suara atau 20 persen kursi di DPR. PKS meski menjadi duri massa lalu dalam koalisi, masih bisa diajak lagi, tentu dengan risiko tinggi. Di Demokrat ada nama Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Pramono Edhie, dan Anies Baswedan untuk jadi Presiden atau nama lain yang disepakati.

Jika Demokrat ingin menguji kekuatan dan keseriusan mencalonkan presiden, maka membentuk koalisi baru adalah pilihan berani.  Dengan cara ini, Demokrat tetap menjadi leader bukan follower.Seandainya kalah pada pemilu ini, identitas sebagai leader akan tertanam di benak masyarakatIndonesia.

Posisi yang berani mengambil risiko, adalah ciri pemimpin yang diidamkan masyarakat. Demokrat harus melihat pemilihan presiden dari kacamata jangka panjang. Pada prinsipnya setiap partai harus siap kalah dan menang. Jika kalah tahun ini, masih ada lima tahun mendatang.

Intinya, jika Demokrat ingin menjadi panutan, maka harus berani mengajukan calon Presiden, kalah atau menang. Para pencoblos Demokrat akan merasa bangga.

RW, Jakarta, 15 April 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun