Pertama kali mendengar kisahnya, saya antara percaya dan tidak. Mungkin karena belum tahu apa-apa saya jadi berpikir seperti itu. Meski akhirnya saya mempercayai bahwa itu bukanlah kisah fiksi. Dari sini saya sadar, banyak sejarah Islam yang gemilang, tetapi tidak diketahui banyak orang, bahkan orang Islam sendiri.
Kemudian, saya merenung, membandingkan pencapaian Sultan Al-Fatih dengan diri saya. Tentu saja, sangat jauh hasilnya. Ini sekadar perenungan untuk memotivasi diri saya sendiri.
Saya berpikir, di usianya yang ke 21, beliau sudah menjadi sultan, bahkan mampu menaklukkan kota Konstatinopel yang begitu kuat. Lah, saya? Di usia 21 tahun, saya malah merasa belum punya tujuan hidup. Namun, ternyata bukan saya saja yang seperti itu. Banyak teman-teman saya atau mungkin ada di antara kalian yang merasakan hal yang sama.
Jika kita melihat sejarah hidupnya, kita akan lebih kagum dengan sosok pahlawan ini. Sangat layak Al-Fatih menjadi sosok luar biasa, yang bisa kita jadikan teladan setelah Rasulullah dan para sahabat, dengan segala pencapaian atau prestasinya.
Tokoh-tokoh seperti inilah yang harus kita jadikan contoh. Kita jadikan teladan dalam kehidupan. Pertanyaannya, bisakah generasi kita menjadi generasi segemilang Muhammad Al-Fatih? Apa mungkin?
Saya rasa itu bukanlah hal yang mustahil. Jika pilihan-pilihan kita sama seperti apa yang dipilih beliau. Jalan yang kita pilih sebagaimana pilihan beliau. Akan sangat mungkin generasi sekarang ini menjadi generasi yang luar biasa.
Memang apa saja pilihan atau jalan yang telah ditempuh Al-Fatih?
Pertama, menanamkan akidah. Sejak kecil Muhammad Al-Fatih telah ditanamkan akidah yang kuat. Keyakinannya kepada Allah serta janji Rasulullah membuat beliau tahu kemana harus berjalan. Sebab akidah yang kuat juga membuat seseorang tahu porsinya di dunia serta apa yang harus dia perjuangankan untuk akhirat.Â
Akidah untuk seorang muslim memanglah sangat penting dan menjadi hal paling utama. Sehingga seseorang tidak akan hidup kecuali menjalankan apa yang Allah perintahkan. Serta hidup sesuai dengan tujuan penciptaan.
Kedua, menuntut ilmu syar'i. Beliau sudah belajar tentang ilmu syar'i sejak masih kecil. Ini juga salah satu peranan penting orang tua. Untuk mendidik anak-anaknya sejak dini dan mencarikan guru untuknya.
Seperti sabda Rasulullah bahwa menuntut ilmu syar'i itu wajib. Agar kita bisa melaksanakan perintah Allah dengan benar atau sesuai dengan syariat.
Ketiga, ditanamkannya tekad. Untuk Merealisasikan perkataan Rasulullah, selalu tertanam dalam tekadnya bahwa dialah yang akan menaklukan Konstatinopel. Akhirnya semua itu terbukti dengan keyakinan dan tekad yang beliau miliki.
Jika kita ingin menjadi bagian sejarah, kita harus mau mengambil andil dalam perjuangan. Jangan hanya menjadi penonton, tetapi harus berani menjadi pemain.
Keempat, ketakwaan. Takwa adalah salah satu poin utama kemenangannya. Allah akan memenangkan kaum muslim selama mereka memiliki ketakwaan dan tidak bermaksiat kepada Allah. Allah senantiasa menolong hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
Masih banyak sekali faktor atau keutamaan sang sultan sehingga bisa sesukses itu. Kita bisa membacanya di buku-buku sejarah Islam. Sudah saatnya kita sadar akan sejarah dan menjadikan tokoh-tokoh terbaik dalam Islam sebagai panutan.