Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Fomo dalam Olahraga Lari

17 Januari 2025   13:24 Diperbarui: 17 Januari 2025   13:24 30 2
Olahraga lari telah menjadi tren yang semakin populer di berbagai kalangan. Aktivitas fisik ini digemari baik oleh artis maupun masyarakat umum. Media sosial pun menjadi platform yang sering digunakan untuk membagikan informasi, tips, hingga pengalaman terkait olahraga ini.

Salah satu tokoh yang sering membagikan wawasan mengenai lari adalah Dr. Tirta, seorang dokter sekaligus selebgram. Ia kerap memberi edukasi tentang cara mencegah serangan jantung saat berlari. Begitu pula dengan Ibnu Jamil, selebritas yang dikenal menjaga kebugaran tubuhnya melalui aktivitas lari. Keberadaan komunitas seperti Indorunners dan runners.id turut berkontribusi dalam meningkatkan popularitas olahraga ini. Indorunners, yang sudah berdiri sejak 2009, semakin dikenal masyarakat seiring menjamurnya acara-acara lari.

Event maraton juga semakin sering diadakan, mulai dari skala lokal hingga internasional. Acara seperti Jakarta International Marathon, London Marathon, dan Bali Marathon selalu menarik antusiasme besar. Tren ini mendorong banyak orang untuk ikut serta, baik karena motivasi kesehatan, keinginan berbagi di media sosial, maupun tantangan pribadi.

Fenomena Fear of Missing Out (FoMO) dalam Olahraga Lari
Dorongan untuk mengikuti tren ini sering kali dipengaruhi oleh Fear of Missing Out (FoMO) atau rasa takut ketinggalan. Ketika melihat teman atau figur publik mengikuti maraton, seseorang mungkin merasa terdorong untuk melakukan hal serupa. Motivasi ini dapat berupa keinginan untuk memperluas jejaring, pamer konten, atau bahkan pembuktian diri.

FoMO dalam olahraga lari memiliki dampak positif, salah satunya adalah meningkatkan kebugaran fisik. Bahkan, dorongan untuk mengikuti tren bisa menjadi awal dari kebiasaan sehat yang berkelanjutan. Dengan konsistensi, seseorang dapat mencapai target pribadi yang sebelumnya dianggap mustahil.

Namun, dorongan ini juga memiliki risiko. Tekanan untuk selalu terlihat aktif dan sukses di media sosial bisa menyebabkan kecemasan, stres, hingga cedera fisik akibat latihan berlebihan. Fenomena "joki Strava", yaitu layanan berbayar untuk menggantikan aktivitas lari seseorang, menjadi bukti bahwa sebagian orang terjebak dalam obsesi validasi sosial. Meskipun menuai kritik, fenomena ini mencerminkan keinginan berlebihan untuk mendapatkan pengakuan.

Mengatasi FoMO dalam Olahraga Lari
Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengelola pengaruh FoMO:

Pendekatan Mindfulness Teknik mindfulness membantu pelari fokus pada pengalaman pribadi tanpa terbebani ekspektasi sosial. Dengan menikmati setiap langkah, seseorang dapat merasakan manfaat lari secara lebih mendalam.

Batasi Media Sosial Mengurangi waktu di media sosial dan memilih konten yang inspiratif dapat menjaga keseimbangan mental. Menurut rekomendasi beberapa ahli, dua jam sehari cukup untuk menghindari dampak negatif media sosial.

Bangun Komunitas Offline Bergabung dengan komunitas lari lokal atau mengikuti acara tanpa mempublikasikannya di media sosial dapat memberikan pengalaman sosial yang lebih nyata. Komunitas seperti CEO Runners, yang aktif sejak 2014, menggabungkan kegiatan lari dengan aktivitas sosial seperti donor darah.

Dengan pendekatan ini, kita dapat menjadikan olahraga lari sebagai aktivitas yang menyenangkan tanpa tekanan sosial. Nikmati setiap langkah dan pencapaian tanpa harus membandingkannya dengan orang lain. Lari bukan sekadar tren, tetapi juga perjalanan untuk kesehatan dan kebahagiaan pribadi.

Disadur oleh dseptana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun