Pekerjaan pertama saya adalah sebagai “TUKANG NELPON di LITBANG KOMPAS”. Beneran (Mungkin Mbak Rahmi bisa ikut shared sebagai “mantan” supervisor saya di sana hahaha…). “Tukang nelpon di Litbang Kompas” sebenarnya adalah pekerjaan freelance yang lumayan menguntungkan kantong saya, waktu itu seorang mahasiswi. Nama resmi dari pekerjaan ini adalah “INTERVIEWER” yang job desknya hanya satu yaitu “MENELEPON”. Hahaha…intinya TELEPON dech.
Jadi begini, seperti yang sudah diketahui bersama oleh semua pembaca Kompas, di Kompas ada sebuah rubrik khusus untuk hasil polling masyarakat (sungguh…mendadak saya lupa nama rubriknya, ada yang bisa bantu???). Tema yang diangkat dalam polling ini adalah masalah politik, hukum, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, bahkan setiap 3 bulan sekali ada yang namanya “Evaluasi Kinerja SBY-JK”. Nah, tugasnya adalah menelepon masyarakat dan bertanya sejumlah pertanyaan yang jawabannya akan bersifat rahasia. Nomor teleponnya adalah hasil random dari buku telepon (mendadak ingatan kembali ke masa silam…hah…sudah lama ternyata tidak datang ke Kompas, lho kok curhat?!).
Nah, setiap masyarakat yang MAU menjawab pertanyaan polling, diberikan hadiah yaitu UCAPAN TERIMAKASIH. Jujur, sampai detik ini saya masih salut dan sangat berterimakasih kepada setiap masyarakat yang mau menghabiskan waktu dan memutar otaknya untuk menjawab pertanyaan para interviewer. Kenapa saya sungguh berterimakasih? Karena pertama, interviewer dan partisipan tidak pernah saling kenal sebelumnya dan kedua, pertanyaan yang diajukan oleh interviewer BUANYUAK SEKALI berjumlah + 60-75 pertanyaan (tugas interviewer yang cukup menantang adalah memberikan pertanyaan yang BUANYUAK tersebut agar tidak membosankan partisipan, karena jika itu terjadi OH…TIDAK…TELEPON AKAN DIBANTING oleh partisipan dan hasilnya interviewer tidak mendapatkan upah…hehehe).
Tidak ada gaji pokok yang diberikan kepada interviewer, sampai detik ini saya tidak tahu perhitungan gajinya. Kalau gosip yang beredar di kalangan interviewer sich…semakin banyak partisipan yang mau menjawab maka semakin besar pula gaji yang akan didapatkan interviewer. Tapi, terlepas dari berapa besar gajinya, pengalaman dari pekerjaan ini sungguh BERARTI untuk saya.
Bayangkan, saya adalah seorang mahasiswi (pekerjaan ini saya lakukan secara freelance sejak tahun 2005-2008, kalau gak salah ingat) jurusan hubungan internasional. Merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bahwa saya bisa bergabung di keluarga besar KOMPAS. Selain itu, saya tertarik sekali dengan isu politik, yang notabena merupakan hot issues yang selalu menjadi tema di polling. Apalagi saya bisa tahu secara langsung pendapat masyarakat mengenai isu-isu yang sedang berkembang. Bukan hanya masyarakat di perkotaan Jakarta tapi para partisipan yang dihubungi dalam polling ini merupakan masyarakat di seluruh Indonesia sehingga saya mempunyai pengetahuan baru bagaimana cara berinteraksi dengan masyarakat di Jogjakarta, Maluku hingga Papua.
Sungguh menyenangkan bisa berinteraksi dengan masyarakat untuk tahu pendapat mereka. Salah satu pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan adalah waktu itu aku menelepon dan yang mengangkat adalah seorang nenek.
Saya: “Nek, ada anak atau cucunya yang berusia 17 tahun ke atas?”
Nenek: “Gak ada Neng, di sini cuma Nenek aja. Nenek sendirian disini, anak udah pada nikah…ngobrol sama Nenek aja yach…”
Dan akhirnya aku bicara dengan Nenek itu sekitar 3-4 menit dan hatiku langsung menclos. Karena Nenek itu benar-benar butuh teman bicara. Hah…
Baiklah, tanpa ingin terlalu mellow, saya ingin melanjutkan cerita tentang kerja pertama.
Dengan berbagai suka duka itu, saya juga pernah mengalami masa-masa jenuh.
Jadi, para interviewer diminta bekerja selama 2-3 hari dan diminta menghubungi para partisipan dengan pertanyaan yang BUANYUAK dan BERULANG-ULANG. Selain itu, kami bekerja dari pagi jam 9 hingga jam 9 malam. Wow…dan selama bekerja kami hanya MENELEPON. Jadi…yach kejenuhan muncul karena serasa terisolasi selama 2-3 hari dan selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Tapi……………begitu mendapatkan gaji, perasaan menjadi senang sekali dan langsung berpikir mau beli apa yach?! (Hahaha…).
Alhamdulillah, berkat pengalaman ini saya jadi pernah ikut dalam Quick Count and Exit Poll Pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan Jawa Barat. Selain itu, berbekal pengalaman ini pula saya jadi bisa mencicipi profesi yang sama di salah satu TV Swasta dan lagi…dan lagi…pekerjaan saya saat ini, tidak jauh berbeda dengan freelance di Kompas. Perbedaannya, jika dulu berinteraksi dengan masyarakat melalui telepon tapi sekarang saya datang langsung ke desa-desa.
Alhamdulillah, jika bekerja secara ikhlas dan semaksimal mungkin maka hasilnya pun juga maksimal.