Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kaum Antara dan Kekerasan Tersembunyi

22 Maret 2010   15:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 1023 0

“Ih cucok deh bok” adalah salah satu gurauan yang mungkin sering kita dengar dalam pergaulan sehari hari dan apabila kita ditanya mengenai asal-usul dari kalimat tersebut, biasanya ingatan kita akan langsung menuju pada gaya bicara pembawa acara infotainment, pelawak, sampai karakter dalam film yang digambarkan sebagai pria feminin pada berbagai tayangan di televisi kita. Jika dilihat dari konstruksinya, maka kalimat ini terdiri dari kata “cucok” + “deh” + “bok”. Kata “cucok” dapat diartikan secara bebas adalah “sesuai”, “bagus”, atau kata-kata lain yang memiliki arti hampir sama dengan kedua kata di atas. Kata “deh”, menurut KBBI online adalah “déh/ Jk p kata yg digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara: biar saja -- , jangan ambil pusing”[1]. Kata “bok” dapat diartikan sebagai penekanan terhadap lawan bicara seperti kita menggunakan “bu” atau “pak” pada akhir kalimat dalam “begini ya bu”,atau “begini ya pak”. Bahasa di atas adalah salah satu contoh dari banyak sekali bahasa gaul yang ada di Indonesia ini. Bahasa gaul muncul karena sejumlah kata yang ada di dalamnya mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan orang-orang dari subkultur tertentu. Bahasa subkultur ini disebut bahasa khusus (special language), bahasa gaul atau argot. Dan sering merujuk pada bahasa yang digunakan kelompok menyimpang (deviant group) seperti kaum homoseks, lesbian, pemakai narkoba, dsb.[2] Pada awalnya bahasa, kata dan istilah semacam ini digunakan sebagai suatu pembeda, alat identifikasi, dan suatu bentuk perlawanan terhadap pihak-pihak dominan yang bersikap kontra terhadap mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun