Saya, Mas Dian, Agung, Isti, Arif, dan Sherly yang tergabung dalam Green Student Movement pada hari rabu (20/07/2011) menuju Ancol untuk kemudian dilanjutkan dengan perjalanan laut menuju lokasi (Pulau Tidung) untuk merealisasikan “Mangrove Planting Program” bersama PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia (HCMI).
Jika dibandingkan dengan aktivitas sehari-hari yaitu kuliah dan kroni-kroninya. Hari itu termasuk menjadi hari dimana kami dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir kami bangun tidur mendahului ayam tetangga untuk bersiap-siap berkumpul untuk melakukan perjalanan bersama dengan GSM Crew lainnya. Sambil menunggu satu persatu GSM Crew saya mulai mengecek kembali barang-barang yang penting yang harus saya bawa. Mulai dari perlengkapan mandi, baju ganti, dan beberapa keperluan lainnya. Hanya satu yang ketinggalan, Sunblock mungkin? (hahahaha)
Derita Busway Pagi Hari
Semuanya sudah berkumpul. Kami pun mulai berjalan dari base camp kami Jl. Tegal Parang Utara, Mampang Prapatan Jaksel menuju Halte Busway terdekat. Cukup heran ketika melihat harga karsis Rp. 2.000,- saja. Padalah biasanya tetap saja harga yang ditawarkan Rp. 3.500,- entah pagi hari, siang hari bahkan malam hari sama saja harganya. I think this is my Lucky day.
Semuanya berjalan lancar. Kami mendapatkan tempat duduk yang nyaman bahkan bisa bercanda-canda dengan nyaman. Namun ketika kami telah sampai pada halte Transfer. Barulah kami merasakan sesuatu yang membuat pikiran stres. Bayangkan antriannya panjang bak ular tangga. Waiting,waiting and waiting, akhirnya kami pun naik ke Busway. Anehnya si petugas yang menjaga pintu tidak tidak menegur para punumpang yang masuk terus menerus hingga kapasitas penumpang Busway diabaikannya. Bisa ditebak, ban belakang busway pun pecah. Yaa ngantri lagi deh di halte berikutnya.
Sambil iseng-iseng mengantri. Saya pun melirik kanan kiri melihat siapa tahu ketemu jodoh atau apalah yang membuah hati terobati karena sakit hati dengan kejadian tadi. Bukannya perempuan cantik yang saya lihat. Malahan saya melihat ada poster dengan bacaan “bebek saja bisa ngantri dengan tertib.” Iseng-iseng timbul pertanyaan “emang bebek naik Busway apa?”hahahaa. ada lagi yang membuat hati gregetan ingin marah, masa ada poster di Busway balita diberikan sendok yang dipenuhi rokok yang penuh asap, lalu ada tagline “asap mu membunuh orang-orang disekitar mu” kalau tidak salah. Si agung pun komentar, jangankan balita gw aja disuguhin rokok kaya gitu pasti KO.
Speed Boat Super Cepat
Sesampainya di Ancol kami lansung di jemput oleh pihak PT. HCMI kelokasi speedboat berada. Speed boat mewah terparkir rapi disana. Namun sayangnya bau dari air yang ada di Ancol sempat membuat saya pusing sejenak. Namanya juga tadinya naik busway yang sesak jadi tidak heran kalau ada bau yang tidak enak saya jadi pusing.
Terlihat memang perbedaan kalau kita biasa pergi ke Tidung dari Muara Angke dengan dari Ancol. Biasanya dengan perahu nelayan dari Angke kita sampai pulau bisa 3 jam, tetapi dengan speed boat hal tersebut hanya membutuhkan waktu 1,5 jam.
Benar kata Trinity dalam buku rekaannya “Naked Traveler.” Harga menentuhkan kualitas.
Welcome Tidung Island
Sambutan dari warga tidung yang berada disana bisa dibilang cukup ramah. Saat pertama melangkah dari speed boat ke daratan. Kami langsung diberikan satu orang satu sepeda untuk menuju area mangrove planting program serta dipandu oleh seorang guide yang berasal dari pulau setempat.
Menunaikan kewajiban kami sebagai agent of change, dengan semangat GSM Crew, PT.HCMI, Instansi pemerintah beserta tokoh masyarakat, mulai menanam mangrove yang telah tersedia berjumlah 11.000.
Perut sudah tidak bsa kompromi ketika penanaman mangrove telah selesai dilakukan. Maka kami bergegas menuju lokasi tempat makan dipinggir pantai. Suasana yang tenang, disajikannya kelapa muda yang begitu segar, menambah kekaguman kami pada pulai tidung sehingga kami pun berencana ingin mengekplore tidung dalam satu hari (udah kaya sangkuriang aja nic).hahahhaa
Mengikuti ciri khas kartun anak-anak Dora The Explorer, “mau kemana kita?.” GSM Crew lainnya menjawab jembatan cinta. Jembatan cinta??? Sempat bingung juga kenapa dinamakan jembatan cinta. Jembatan yang terletak di Tidung kecil ini memiliki mitos kali ya? jikalau melawati jembatan tersebut dengan dengan pasangan maka akan berjodoh atau mungkin yang riil bakal nyebur bareng ke pantai.hahahha.
Waktunya Pulang
Satu kata yang dapat terucap “puas.” Puas karena dapat mengekplorasi Pulau selama satu hari, puas karena sudah makan plus kekenyangan malah, serta puas karena dapat narsis bareng-bareng GSM Crew lainnya.
Sedih langsung melanda hati. Bukan karena sedih bakal meninggalkan Tidung sore hari. Tetapi sedih karena memikirkan pulangnya kita harus naik busway lagi dan ngantri lagi.hhahhahahaa
Sungguh pengalaman yang sangat menarik ditengah hiruk pikuk Jakarta yang super sibuk. Banyak pengalaman indah telah dilalui di pulau ini. Kami berharap kedepannya GSM Crew dapat bertandang kembali kesana untuk menikmati kembali keindahan alam yang tersaji di Pulau Tidung.
Semoga Mangrove yang kita tanam dapat tumbuh dengan baik. Kami tidak akan rela jika Pulau Tidung yang indah ini tenggelam akibat abrasi. So, save the planet now….
Sumber Foto: Dok. Pribadi