Petang ini aku berjalan menuju kedai minuman, kepalaku mumet. Aku hanya butuh suasana berbeda untuk menyelesaikan revisi-anku, iya revisian skripsi. Aku tentu sudah muak. Terlebih lagi, di meja pelanggan sebelahku sedang berdialog tentang pekerjaan,
sallary, hadeuuh. Sepertinya, aku akan meledak di angkasa. Bagaimana tidak, aku baru saja
resign dari kerjaanku tempo hari. Kuliahku di ujung tanduk, tapi tunggu dulu, kali ini bukan tentang kecemasanku saja. Aku membayangkan jarak tempuh 41.1 kilometer demi sebuah tanda tangan. Lain kali, bolehkah kutempuh bermil-mil jarak demi masa depan yang lebih layak?
KEMBALI KE ARTIKEL