Mohon tunggu...
KOMENTAR
Entrepreneur

Sentra Produksi Emping di Desa Wirokerten yang Semakin Maju

9 April 2022   17:35 Diperbarui: 9 April 2022   19:16 774 8
Emping merupakan makanan yang berbahan dasar melinjo. Biasanya, emping disajikan bersama dengan makanan berkuah seperti soto, sop, opor, dan lain sebagainya sebagai pelengkap makanan seperti kerupuk. Tapi, pernahkah kalian menjadikan emping sebagai camilan untuk menemani waktu senggang?

Usaha emping yang dijalani oleh Ibu Marwati sudah turun-menurun sejak tahun 2004. Walau sudah mulai kurang diminati oleh kaum muda untuk melanjutkan usaha emping ini, namun siapa sangka konsumen bahkan datang dari negara tetangga.

"Kalo sini (tempat produksi) itu sentra sih, dari dulu dari nenek moyang kita emang udah buat, sentranya ya di Wirokerten." ucap narasumber.
 
Dalam satu kilo melinjo yang diperoleh dari supplier, dapat memproduksi setengah kilo emping. Emping-emping yang sudah dicetak nantinya akan dijemur menggunakan sinar matahari hingga kering. Namun, jika sedang musim hujan maka proses pengeringan akan memakan waktu lebih lama dibanding saat musim panas. Bu Marwati memiliki 5 pekerja yang membantunya dalam memproduksi emping. Pada setiap harinya, tempat produksi emping ini bisa memproduksi sekitar 35 hingga 45 kilo melinjo dengan memanfaatkan tenaga 5 pekerja yang nantinya melinjo tersebut akan diolah menjadi emping. Pada saat penggorengan emping ini juga, Ibu Marwati menggunakan minyak hanya untuk satu kali menggoreng, itu menjadi nilai plus bagi emping yang dijual olehnya, sehingga konsumen tidak usah meragukan kehigienisan dari emping yang diproduksi oleh Bu Marwati.

"Kalo yang matang, sekarang mahal karena minyak mahal, kita juga pake wijen, bumbunya juga beda dengan yang lain, karena kita menggunakan minyak yang satu kali penggorengan, hanya untuk satu kali produksi itu minyak sudah gak dipake lagi, kan kalo orang berkali-kali pakai dalam penggorengan." ujar Bu Marwati.

Mungkin di zaman sekarang yang mulai muncul makanan-makanan modern yang lebih diminati kaum muda. Emping menjadi salah satu makanan yang sudah mulai ditinggalkan karena emping bukan merupakan makanan masa kini, maka dari itu untuk bersaing dengan makanan-makanan modern yang banyak di pasaran, Bu Marwati mengubah kemasan emping-emping ini menjadi lebih menarik. Eming dikemas ke dalam kemasan kekinian seperti bentuk kalengan dan standing pouch yang sudah dilengkapi ziplock untuk memudahkan konsumen membuka lalu menutup kembali kemasan jika emping yang telah dibuka masih tersisa, membuat emping tidak mudah alot karena terpapar suhu sekitar. Desain dari kemasan ini juga diperbaharui dengan desain yang menarik, menggunakan warna-warna yang terang untuk memikat minat konsumen.

Biasanya, emping yang kita makan dipasaran terasa sedikit pahit karena rasa original dari bahan baku pembuatan emping itu sendiri yaitu melinjo. Namun dalam produksinya, Ibu Marwati membagi emping-emping tersebut kedalam berbagai varian rasa seperti rasa bawang, manis, pedas manis, dan tentunya bagi konsumen yang lebih suka dengan cita rasa asli dari emping, Bu Marwati juga menjual emping original tanpa rasa. Berbagai varian rasa ini dibuat guna mengikuti minat konsumen. Tentu dengan adanya varian rasa yang bermacam, experience dari konsumen saat merasakan emping menjadi beragam tidak hanya satu rasa. Menarik untuk dicoba bukan? Emping yang tadinya hanya pelengkap makanan, kini bisa dikonsumsi untuk menemani waktu senggang dengan berbagai varian rasa yang ditawarkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun